Kesempitan dada dan apa yang dialami seorang muslim berupa
kegelisahan dan kegundahan merupakan persoalan yang terkadang melewati setiap
orang dari kita. Kegelisahan dan kegundahan terkadang bisa berlangsung lama
pada sebagian orang dan terkadang berlangsung sebentar pada sebagian lainnya.
Kesempitan dada ini terkadang menjadikan hamba sebagai tawanan bisikan dan was-was. Akibatnya, orang yang merana ini tetap menjadi tawanan tipu daya syaitan. Ia tergadai oleh kekuatan godaannya, dan ia tidak mampu melawannya. Pada beberapa tulisan yang ringkas ini akan disebutkan sebab-sebab yang dapat melapangkan dada dengan izin Allah. Diantaranya:
Kesempitan dada ini terkadang menjadikan hamba sebagai tawanan bisikan dan was-was. Akibatnya, orang yang merana ini tetap menjadi tawanan tipu daya syaitan. Ia tergadai oleh kekuatan godaannya, dan ia tidak mampu melawannya. Pada beberapa tulisan yang ringkas ini akan disebutkan sebab-sebab yang dapat melapangkan dada dengan izin Allah. Diantaranya:
Sebab Pertama: MENTAUHIDKAN ALLAH
Imam Ibnul Qayyim رحمه الله berkata, “Mencintai Allah, mengenal-Nya, senantiasa mengingat-Nya, merasa tenang dan tentram kepada-Nya, serta meng-esakan-Nya dengan cinta, takut, harap, tawakkal dan mu'amalah, dimana Dia-lah satu-satunya yang berwenang menghilangkan kesusahan hamba dan mewujudkan keinginannya, merupakan Surga dunia dan kenikmatan yang tidak bisa disamai oleh kenikmatan lainnya. Itu adalah penyebab mata para Muhibbin (orang-orang yang mencintai Allah) dan kehidupan para 'Arifin (orang-orang yang mengenal Allah).”
Ibnul Qayyim mengatakan, “Sejauh mana kesempurnaan, kekuatan dan bertambahnya tauhid, maka sejauh itu pula kelapangan dada pemiliknya.”
[Zaadul Ma'aad]
Sebab Kedua: BERBAIK SANGKA KEPADA ALLAH
Berbaik sangka kepada Allah Ta'ala yakni kita merasa bahwa Allah akan melapangkan kesulitan kita dan menghilangkan duka kita. Selagi hamba berbaik sangka kepada Rabb-nya, maka Allah akan membukakan berbagai keberkahan untuknya dari arah yang tidak disangkanya. Karena itu wahai hamba Allah, hendaklah kita berbaik sangka kepada Rabb, niscaya kita akan melihat dari Allah sesuatu yang menggembirakan kita.
Dari Abu Hurairah رضي اَللّهُ عنه, ia mengatakan, “Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
“Allah Ta'ala berfirman, 'Aku sesuai dengan prasangkaan hamba-Ku terhadap-Ku. Jika prasangkaannya baik terhadap-Ku, maka ia mendapatkan (kebaikan itu). Dan jika prasangkaannya buruk, maka ia mendapatkan (keburukan itu).'” [HR Imam Ahmad dan Ibnu Hibban]
Sebab Ketiga: ILMU SYAR'I
Ilmu dapat meluaskan dan melapangkan dada, sedangkan kejahilan (kebodohan) akan menyebabkan kesempitan, keterbatasan dan menyebabkannya tertahan. Setiapkali ilmu kita bertambah dan semakin luas, maka dada kita menjadi lapang dan luas.
Ibnul Qayyim berkata, “Ilmu dapat melapangkan dada dan meluaskannya hingga lebih luas dari dunia, sedangkan kejahilan menyebabkan kesempitan, keterbatasan dan menyebabkan tertahan. Setiapkali ilmu hamba bertambah luas, maka dadanya menjadi lapang dan luas. Namun ini tidak berlaku untuk semua ilmu. Hal ini hanya berlaku untuk ilmu yang diwariskan dari Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , yaitu ilmu yang bermanfaat. Orang yang memiliki ilmu tersebut adalah orang yang paling lapang dadanya, paling luas hatinya, paling baik akhlak dan juga kehidupannya.”
Sebab Keempat: BERDZIKIR KEPADA ALLAH DAN BANYAK BERDO'A
Wahai orang yang sempit dadanya dan keruh urusannya, angkatlah tanganmu dengan penuh ketundukkan kepada Kekasih-mu, sampaikan keluhan dan kesedihanmu kepada-Nya, dan alirkan air mata dihadapan-Nya. Ketahuilah, semoga Allah memeliharamu, bahwa Allah menyayangimu melebihi kasih sayang ayah, ibu, sahabat karib dan anak-anakmu kepadamu.
Dan dzikir-dzikir mengenai hal ini, diantaranya:
1. Dari 'Abdullah bin 'Abbas ia mengatakan, “Rasulullah ketika ditimpa kesusahan biasa mengucapkan:
لَا إلهَ إلَّا اللّهُ الْعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ, لَا إلهَ إلَّا اللّهُ رَبُّ الْعَرْ شِ الْعَظِيْمِ, لَا إلهَ إلَّا اللّهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَرَبُّ الْا َرْضِ وَرَبُّ الْعَرْ شِ الْكَرِيْمِ.
“Tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Yang Maha Agung lagi Maha Penyantun. Tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Rabb (Pemilik) 'Arsy yang agung. Tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Rabb langit, Rabb bumi dan Rabb (Pemilik) 'Arsy yang mulia.'” [HR Al-Bukhari dan Muslim]
2. Dari 'Abdullah bin Mas'ud رضي اَللّهُ عنه, ia mengatakan, “Apabila Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengalami kesusahan atau kesedihan, beliau mengucapkan:
يَا خَيُّ يَا قَيُّوْ مُ بِرَ خْمَتِكَ اَسْتَغِيِثُ
“Wahai Yang Maha Hidup lagi Maha Mengurusi makhluk-Nya, dengan rahmat-Mu-lah aku memohon bantuan.” [HR Al-Hakim]
3. Dari Abu Bakrah رضي اَللّهُ عنه bahwa Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Do'a ketika ditimpa kesusahan adalah:
اَللَّهُمَّ رَخْمَتَكَ اَرْجُوْ فَلَا تَكِلْنِي إلي نَفْسِيْ طَرْفَةَعَيْنٍ وَاَصْلِحْ لِي شَاْنِي كُلَّهُ لَا إلهَ إلَّا اَنْتَ
4. Dari 'Abdullah bin Mas'ud رضي اَللّهُ عنه, ia mengatakan, ”Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, 'Tidaklah seorang hamba tertimpa kesusahan atau kesedihan, lalu ia mengucapkan:
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ عَبْدُكَ، ابْنُ عَبْدِكَ، ابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِيْ بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِيْ كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِيْ عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِيْ، وَنُوْرَ صَدْرِيْ، وَجَلاَءَ حُزْنِيْ، وَذَهَابَ هَمِّيْ.
“Ya Allah! Sesungguhnya aku ada-lah hambaMu, anak hambaMu (Adam) dan anak hamba perempuanMu (Hawa). Ubun-ubunku di tanganMu, keputusan-Mu berlaku padaku, qadhaMu kepadaku adalah adil. Aku mohon kepadaMu dengan setiap nama (baik) yang telah Engkau gunakan untuk diriMu, yang Engkau turunkan dalam kitabMu, Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhlukMu atau yang Engkau khusus-kan untuk diriMu dalam ilmu ghaib di sisiMu, hendaknya Engkau jadikan Al-Qur’an sebagai penenteram hatiku, cahaya di dadaku, pelenyap duka dan kesedihanku.”
Melainkan Allah akan menghilangkan kesedihannya dan kesusahannya dan menggantikan dengan kegembiraan.” [HR Ahmad dalam Musnadnya dan Ibnu Hibban dalam Shahiihnya]
Sebab Kelima: BERSEGERA MENINGGALKAN KEMAKSIATAN & HENDAKLAH BERMUHASABAH (MENGINTROPEKSI) DIRI
Maksiat adalah kehinaan, menjauhkan dari rahmat Allah, mendatangkan kesusahan, kesedihan dan kesempitan dada.
Saudaraku, apakah kau menginginkan jalan keluar dari apa yang kau alami, sedangkan kau 'merumput' disebagian padang kemaksiatan? Sungguh mengherankan apa yang kau lakukan ini! Kau memohon kepada Allah untuk hajat dirimu sedangkan kau melupakan pelanggarannya. Tidak tahukah kau -semoga Allah memberimu petunjuk- bahwa dosa adalah pintu yang sangat besar untuk masuknya berbagai musibah pada diri seorang hamba.
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan).” [QS. Asy-Syuuraa : 30]
“Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar) kamu berkata, 'Dari mana datangnya (kekalahan) ini?' Katakanlah, 'Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri.' Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” [QS. Ali 'Imran : 165]
Imam Ibnul Qayyim mengatakan, “Balasan yang diberikan kepada orang yang berbuat keburukan berupa kesempitan dada, kerasnya hati, tercerai-berainya hati, kegelapannya, ketertutupannya, duka dan kesedihannya, serta ketakutannya, semua ini adalah perkara yang nyaris yang tidak diragukan oleh orang yang memiliki perasaan dan kehidupan walaupun sedikit. Bahkan, kesusahan, duka, kesedihan dan kesempitan ini adalah sanksi yang disegerakan, Neraka dunia dan Jahannam saat ini. Sementara menuju kepada Allah, kembali kepada-Nya, ridha kepada-Nya, hati penuh kecintaan kepada-Nya, lisan senantiasa berdzikir kepada-Nya, dan bergembira dengan mengenal-Nya, maka ini adalah pahala yang disegerakan, Surga dan kehidupan yang sama sekali tidak dimiliki para raja.” [Al-Waabilush Shayyib, hal. 104]
Karena itu, bersegeralah -semoga Allah selalu menjagamu- untuk muhasabah (intropeksi) diri.
Sebab Keenam: SENANTIASA MELAKSANAKAN KEWAJIBAN
Memelihara dan senantiasa melaksanakan kewajiban, memperbanyak amalan-amalan sunnah berupaa shalat, puasa, shadaqah, (berbagai) kebaikan dan selainnya, merupakan sebab-sebab (turunnya) kecintaan Allah Ta'ala kepada hamba-Nya.
Dari Abu Hurairah رضي اَللّهُ عنه dia berkata, “Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, 'Allah Ta’ala berfirman:
“Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku maka Aku umumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan terus menerus hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan yang sunnah hingga Aku mencintai dia. Jika Aku sudah mencintainya, maka Akulah pendengarannya yang dia mendengar dengannya, dan pandangannya yang dia memandang dengannya , dan tangannya yang dia menyentuh dengannya dan kakinya yang dia berjalan dengannya . Jikalau dia meminta kepada-Ku niscaya pasti akan Kuberi, dan jika dia meminta perlindungan kepada-Ku niscaya pasti akan Kulindungi.'” [HR. Al-Bukhari no. 6502]
Sebab Ketujuh: BERGAUL DENGAN ORANG-ORANG SHALIH
Berkumpul bersama teman-teman yang shalih, setia mendengar pembicaraan mereka, memetik buah dan arah pembicaraan mereka, maka duduk bersama mereka mendatangkan keridhaan Allah Yang Maha Penyayang dan membuat syaitan murka. Karena itu senantiasalah duduk dan bergaul bersama mereka, serta mintalah nasehat mereka, niscaya kau mendapati kelapangan dan kegembiraan dalam dadamu. Kemudian berhati-hatilah dirimu dengan kesendirian. Hati-hatilah untuk tidak sendirian tanpa teman, apalagi pada saat berbagai urusan menyusahkanmu. Karena syaitan akan menambah kelemahan pada seorang hamba jika ia seorang diri. Syaitan dari satu orang itu lebih dekat, dan dari dua orang lebih jauh, sementara ia tidak bersama tiga orang. Sesungguhnya serigala hanyalah makan kambing yang sendirian
Sebab Kedelapan: MEMBACA AL-QUR'AN
Membaca Al-Qur'an dengan tadabbur dan penuh perhatian termasuk salah satu sebab terbesar untuk menghilangkan kesedihan dan kesusahan. Sebab, membaca Al-Qur'an dapat menentramkan hati dan melapangkan dada.
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingat, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.” [QS. Ar-Ra'd : 28]
Ibnu Katsir mengatakan, “Yakni senang dan bersandar ke hariban-Nya, tentram saat mengingat-Nya, dan ridha kepada-Nya sebagai Penolongnya. Karena Allah berfirman, 'Ingat, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram. “ [QS. Ar-Ra'd : 28]
Yakni, ketentraman pasti terwujud karena berdzikir.
Karena itu, hendaklah kamu -semoga Allah merahmatimu- berkeinginan keras untuk memperbanyak membacanya di waktu-waktu malam dan siang. Mohonlah kepada Rabb agar bacaan Al-Qur'an mu menjadi sebab kelapangan dadamu. Sebab, selagi hamba menuju Rabb-nya dengan jujur, maka Allah membukakan untuknya keberkahan-Nya yang agung.
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabb-mu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang ada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” [QS. Yunus : 57]
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan Al-Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zhalim selain kerugian.” [QS. Al-Israa' : 82]
Sebab Kesembilan: BERBUAT BAIK KEPADA SESAMA
Berbuat baik kepada sesama dan memberi manfaat kepada mereka dengan apa yang kita miliki berupa harta dan kedudukan termasuk sebab yang dapat melapangkan dada. Sesungguhnya orang yang dermawan kepada orang lain adalah orang yang paling lapang dadanya dan paling baik jiwanya. Karena itu, berkeinginanlah untuk memberikan kebaikan kepada sesama, terutama kepada kedua orang tua dan orang-orang yang menjadi tanggung jawab kita.
Perhatikanlah tetangga dan teman-teman kita, jangan meremehkan kebaikan sekecil apa pun. Berusahalah untuk senang dengan kebaikan yang diperoleh orang lain, sebagaimana kita senang kebaikan tersebut kita peroleh. Lapang dadalah dalam menyelesaikan berbagai hajat saudara-saudara kita sesama kaum muslimin, niscaya kita akan menemukan kebahagiaan tanpa diragukan lagi.
Sebab Kesepuluh: MEMBUANG KEDENGKIAN HATI DAN BERKEINGINAN KERAS UNTUK MEMBERSIHKANNYA
Hati yang bersih adalah sebab terpenting yang dapat melapangkan hati, mendatangkan kegembiraan dan kebahagiaan untuknya. Sementara dendam dan dengki adalah penyakit hati yang paling berbahaya dan menyempitkannya.
Ibnul Qayyim mengatakan, “Diantaranya, bahkan yang terbesar adalah mengeluarkan (membuang) kedengkian hati. Ini termasuk diantara sifat-sifat tercela yang menyempitkan hati dan menyiksanya, serta menghalanginya untuk mendapatkan kebersihan hati. Sebab, ketikaa manusia melakukan sebab-sebab yang bisa melapangkan dadanya sedangkan ia tidak membuang sifat-sifat tercela tersebut dari hatinya, maka itu tidak berguna untuk melapangkan dadanya. Maksimal ia memiliki dua unsur yang masuk ke hatinya, dan hati tersebut akan dikuasai oleh unsur yang lebih dominan dari keduanya.”
Karena itu, hendaklah dirimu -semoga Allah memeliharamu- berkeinginan keras untuk membersihkan hatimu dan menjauhi segalaa hal yang dapat menyempitkannya. Tinggalkanlah permusuhan, kebencian dan kedengkian terhadap orang lain. Cintailah orang lain sebagaimana kau mencintai dirimu sendiri, niscaya kau menjadi orang yang berbahagia di dunia dan akhirat.
Semoga Allah memberikan taufiq kepada kita semua untuk meraih kebaikan dan kebahagian di dunia dan akhirat.
Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
_____________________________________________________________________________
Diringkas oleh Afni Septrifiana dari Buku Hidup Anda Gelisah? Inilah Obatnya..., Karya Syaikh Iman 'Abbas - Daar al Wahyin, Penerbit Pustaka Ibnu 'Umar, hal. 67-86
0 komentar:
Post a Comment
Terimakasih telah membaca Artikel saya. Alangkah indahnya jika anda meninggalkan sebuah komentar.