Saturday, 19 January 2013

KESALAHAN DALAM MENDIDIK ANAK

Meskipun banyak orang tua yang mengetahui, bahwa mendidik anak merupakan tanggung jawab yang besar, tetapi masih banyak orang tua yang lalai dan menganggap remeh masalah ini. Sehingga mengabaikan masalah pendidikan anak ini, sedikitpun tidak menaruh perhatian terhadap perkembangan anak-anaknya.


Baru kemudian, ketika anak-anak berbuat durhaka, melawan orang tua, atau menyimpang dari aturan agama dan tatanan sosial, banyak orang tua mulai kebakaran jenggot atau justru menyalahkan anaknya. Tragisnya, banyak yang tidak sadar, bahwa sebenarnya orang tuanyalah yang menjadi penyebab utama munculnya sikap durhaka itu. Lalai atau salah dalam mendidik anak itu bermacam-macam bentuknya; yang tanpa kita sadari memberi andil munculnya sikap durhaka kepada orang tua, maupun kenakalan remaja.

Berikut ini sepuluh bentuk kesalahan yang sering dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak-anaknya.

1. Menumbuhkan Rasa Takut Dan Minder Pada Anak.
Kadang, ketika anak menangis, kita menakut-nakuti mereka agar berhenti menangis. Kita takuti mereka dengan gambaran hantu, jin, suara angin, dan lain-lain. Dampaknya, anak akan tumbuh menjadi seorang penakut; takut pada bayangannya sendiri, takut pada sesuatu yang sebenarnya tidak perlu ditakutinya. Misalnya: takut ke kamar mandi sendiri, takut tidur sendiri karena seringnya mendengar cerita tentang hantu, jin dan lain-lain. Dan yang paling parah, tanpa disadari, kita telah menanamkan rasa takut kepada dirinya sendiri

2. Mendidiknya Menjadi Sombong,  Congkak Terhadap Orang Lain. Dan Itu Dianggap Sebagai Sikap Pemberani.
Kesalahan ini merupakan kebalikan point pertama. Yang benar ialah bersikap tengah-tengah, tidak berlebihan dan tidak dikurang-kurangi. Berani tidak harus dengan bersikap sombong atau congkak kepada orang lain. Tetapi, sikap berani yang selaras tempatnya dan rasa takut apabila memang sesuatu itu harus ditakuti. Misalnya: takut berbohong, karena ia tahu, jika Allah tidak suka kepada anak yang suka bohong, atau rasa takut kepada binatang buas yang membahayakan. Kita didik anak kita untuk berani dan tidak takut dalam mengamalkan kebenaran.

3. Membiasakan Anak-Anak Hidup Berfoya-Foya, Bermewah-Mewah Dan Sombong.
Dengan kebiasaan ini, sang anak bisa tumbuh menjadi anak yang suka kemewahan, suka bersenang-senang. Hanya mementingkan dirinya sendiri, tidak peduli terhadap keadaan orang lain. Mendidik anak seperti ini dapat merusak fitrah, membunuh sikap istiqamah dalam bersikap zuhud di dunia, membinasakan muru’ah (harga diri) dan kebenaran.

4. Selalu Memenuhi Permintaan Anak.
Sebagian orang tua ada yang selalu memberi setiap yang diinginkan anaknya, tanpa memikirkan baik buruknya bagi anak. Padahal, tidak setiap yang diinginkan anaknya itu bermanfaat atau sesuai dengan usia dan kebutuhannya. Misalnya: si anak minta tas baru yang sedang trend, padahal baru sebulan yang lalu orang tua membelikannya tas baru. Hal ini hanya akan menghambur-hamburkan uang. Kalau anak terbiasa terpenuhi segala permintaannya, maka mereka akan tumbuh menjadi anak yang tidak peduli pada nilai uang dan beratnya mencari nafkah. Serta mereka akan menjadi orang yang tidak bisa membelanjakan uangnya dengan baik.

5. Over protectiv dan terlalu banyak melarang

Sering terjadi orang tua-dengan alasan sayang kepada anak- terlalu ketat dan keras dalam melarang anak-anak melakukan sesuatu ataupun bersosialisai. Sehingga anak-anak tumbuh dalam mental yang lemah, karna terlalu dilindungi, tidak boleh begini dan begitu, main hujan sedikit, langsung dipanggil, manjat dikit, langsung ditegur, ini jelas menghalangi tumbuh kembangnya anak.

6. Terlalu Keras Dan Kaku Dalam Menghadapi Mereka, Melebihi Batas Kewajaran.
Misalnya, dengan memukul mereka hingga memar, memarahinya dengan bentakan dan cacian, ataupun dengan cara-cara keras lain. Ini kadang terjadi, ketika sang anak sengaja berbuat salah. Padahal ia (mungkin) baru sekali melakukannya.

7. Terlalu Pelit Pada Anak-Anak, Melebihi Batas Kewajaran.
Ada juga orang tua yang terlalu pelit kepada anak-anaknya, hingga anak-anaknya merasa kurang terpenuhi kebutuhannya. Pada akhirnya, mendorong anak-anak itu untuk mencari uang sendiri dengan berbagai cara. Misalnya: dengan mencuri, meminta-minta pada orang lain, atau dengan cara lain. Yang lebih parah lagi, ada orang tua yang tega menitipkan anak-anaknya ke panti asuhan untuk mengurangi beban orang tuanya. Bahkan, ada pula yang tega menjual anaknya, karena merasa tidak mampu membiayai hidup. Na’udzubillah min dzalik.

8. Tidak Mengasihi Dan Menyayangi Mereka, Sehingga Membuat Mereka Mencari Kasih-Sayang Di Luar Rumah Hingga Menemukan Yang Dicarinya.
Fenomena demikian ini banyak terjadi. Telah menyebabkan anak-anak terjerumus ke dalam pergaulan bebas, wa’iyadzubillah. Seorang anak perempuan misalnya, karena tidak mendapat perhatian dari keluarganya, ia mencari perhatian dari laki-laki di luar lingkungan keluarganya. Dia merasa senang mendapatkan perhatian dari laki-laki itu, karena sering memujinya, merayu dan sebagainya. Hingga ia rela menyerahkan kehormatannya demi cinta semu.

9. Hanya Memperhatikan Kebutuhan Jasmaninya Saja.
Banyak orang tua yang mengira, bahwa mereka telah memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Banyak orang tua merasa telah memberikan pendidikan yang baik, makanan dan minuman yang bergizi, pakaian yang bagus dan sekolah yang berkualitas. Sementara itu, tidak ada upaya untuk mendidik anak-anaknya agar beragama secara benar serta berakhlak mulia. Orang tua lupa, bahwa anak tidak cukup hanya diberi materi saja. Anak-anak juga membutuhkan perhatian dan kasih-sayang. Bila kasih-sayang tidak didapatkan di rumahnya, maka ia akan mencarinya dari orang lain.

10. Terlalu Berprasangka Baik Kepada Anak-Anaknya.
Ada sebagian orang tua yang selalu berprasangka baik kepada anak-anaknya. Menyangka, bila anak-anaknya baik-baik saja dan merasa tidak perlu ada yang dikhawatirkan, tidak pernah mengecek keadaan anak-anaknya, tidak mengenal teman-teman dekat anaknya, atau apa saja aktifitasnya. Sangat percaya kepada anak-anaknya. Ketika tiba-tiba, mendapati anaknya terkena musibah atau gejala menyimpang, misalnya terkena narkoba, barulah orang tua tersentak kaget. Berusaha menutup-nutupinya serta segera memaafkannya. Akhirnya yang tersisa adalah penyesalan tak berguna.

Demikianlah sepuluh kesalahan yang sering dilakukan orang tua. Yang mungkin, kita juga tidak menyadari bila telah melakukannya. Untuk itu, marilah berusaha untuk terus mencair ilmu, terutama berkaitan dengan pendidikan anak. Agar kita terhindar dari kesalahan-kesalahan dalam mendidik anak, yang bisa menjadi fatal akibatnya bagi masa depan mereka. Kita selalu berdo’a, semoga anak-anak kita tumbuh menjadi generasi shalih dan shalihah, serta berakhlak mulia.


Wallahu a’lamu bishshawaab

_____________________________________________________
Maraji:
At Taqshir Fi Tarbiyatil Aulad, Al Mazhahir Subulul Wiqayati Wal ‘Ilaj, Muhammad bin Ibrahim Al Hamd.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun VII/1424H/2003M Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 08121533647, 08157579296]

Sumber : http://almanhaj.or.id/content/3007/slash/0

CARA MENGUSIR JIN DARI RUMAH

Untuk kasus semacam ini, ada dua tindakan yang bisa Anda lakukan;
Pertama, pengobatan
Maksud kami adalah mengusir jin itu dengan segera.
Cara yang paling efektif dalam hal ini adalah membacakan surat Al-Baqarah, satu surat penuh. Ini berdasarkan hadis dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لا تجعلوا بيوتكم مقابر، إن الشيطان ينفر من البيت الذي تقرأ فيه سورة البقرة
“Jangan kalian jadikan rumah kalian seperti kuburan. Sesungguhnya setan lari dari rumah yang dibacakan surat Al-Baqarah di dalamnya.” (HR. Muslim 780, At-Turmudzi 2877)
Sahabat Ibnu Mas’ud mengatakan:
إِنَّ الشَّيْطَانَ إِذَا سَمِعَ سُورَةَ الْبَقَرَةِ تُقْرَأُ فِي بَيْتٍ، خَرَجَ مِنْهُ
“Sesungguhnya setan, apabila mendengar surat Al-Baqarah dibacakan dalam rumah, maka dia akan keluar dari rumah itu.” (HR. Ad-Darimi 3422, At-thabrani dalam Mu’jam Al-Kabir 8642).

Hanya Setan yang Mengganggu
Setan yang lari dari rumah yang dibacakan surat Al-Baqarah adalah setan yang mengganggu secara zahir. Sebagaimana keterangan yang dinukil Ibnu Hibban, dari Imam Abu Hatim:
قَالَ أَبُو حَاتِمٍ: قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَمْ يَدْخُلِ الشَّيْطَانُ بَيْتَهُ»، أَرَادَ بِهِ مَرَدَةَ الشَّيَاطِينِ دُونَ غَيْرِهِمْ
Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam “setan tidak akan memasuki rumahnya” maksudnya adalah setan yang membangkang (mengganggu) bukan yang lainnya.” (Shahih Ibnu Hibban, 3:59)
Siapa yang Membaca?
Siapa saja, tidak harus tuan rumah. Lebih-lebih, jika tuan rumah sendiri tidak bisa membaca Alquran. Karena lafal dalam hadis: “yang dibacakan surat Al-Baqarah” dengan bentuk kalimat pasif. Artinya siapapun yang membaca, selama dilakukan di dalam rumah, telah memenuhi syarat untuk mengusir setan.
Hanya saja tidak boleh menggunakan rekaman Mp3 atau sejenisnya. Karena membaca butuh niat, dan audio player atau komputer tidak bisa berniat.
Kedua, tindakan pencegahan
Tindakan ini merupakan upaya berkelanjutan selama menempati rumah tersebut. Karena berkelanjutan, upaya ini hanya bisa dilakukan oleh tuan rumah atau orang yang menempatinya. Dia tidak lagi bisa bergantung atau meminta bantuan orang lain. Karena itu, upaya ini lebih menekankan pada mental keagamaan penghuni rumah.
Ada beberapa rutinitas yang selayaknya dilakukan, agar rumah kita selalu dijauhi setan yang suka mengganggu:
1. Rajin baca Alquran dan ibadah apapun di dalam rumah.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لا تجعلوا بيوتكم مقابر، إن الشيطان ينفر من البيت الذي تقرأ فيه سورة البقرة
“Jangan kalian jadikan rumah kalian seperti kuburan. Sesungguhnya setan lari dari rumah yang dibacakan surat Al-Baqarah di dalamnya.” (HR. Muslim 780, At-Turmudzi 2877)
Dalam hadis ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam men-kontras-kan antara rumah dengan kuburan. Beliau memerintahkan agar rumah kita tidak dijadikan seperti kuburan. Salah satu sifat yang mencolok dari kuburan adalah itu bukan tempat ibadah. Agar rumah kita tidak seperti kuburan yang bisa jadi banyak setan pengganggu, gunakan rumah kita untuk ibadah.
Hadis ini sekaligus menuntut Anda yang belum bisa membaca Alquran agar segera dan serius dalam belajar Alquran. Untuk menjadikan rumah Anda sebagai taman bacaan Alquran, tidak mungkin setiap hari Anda harus mengundang orang lain.
Dalam hadis dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اجْعَلُوا فِي بُيُوتِكُمْ مِنْ صَلاَتِكُمْ وَلاَ تَتَّخِذُوهَا قُبُورًا
“Jadikanlah bagian shalat kalian di rumah kalian. Jangan jadikan rumah kalian seperti kuburan.” (HR. Bukhari 432, Muslim 777, dan yang lainnya).
Maksud shalat di sini adalah shalat sunah yang dikerjakan sendiri dan tidak berjamaah. Sebagaimana dinyatakan dalam hadis:
إِنَّ أَفْضَلَ صَلاَةِ المَرْءِ فِي بَيْتِهِ إِلَّا الصَّلاَةَ المَكْتُوبَةَ
“Susungguhnya shalat seseorang yang paling utama adalah shalat yang dikerjakan di rumahnya, kecuali shalat wajib.” (HR. Bukhari 7290 dan yang lainnya).
2. Jangan pedulikan segala bentuk gangguan.
Sikap cuek, tidak peduli, ternyata menjadi cara ampuh untuk mengusir setan. Setan sebagaimana manusia, ketika dia mengganggu, kemudian tidak digubris, bisa jadi dia akan bosan untuk mengganggu Anda.
Berbeda ketika Anda merasa ada yang mengganggu, kemudian Anda cari-cari di mana tempatnya, atau bahkan Anda ajak bicara, atau Anda siram dengan garam dan semacamnya, dia akan semakin menjadi-jadi dalam menggoda Anda.
Dari Abul Malih dari seseorang, dia berkata, “Aku pernah diboncengi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu tunggangan yang kami naiki tergelincir. Aku pun mengatakan, “Celakalah setan”. Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang,
لاَ تَقُلْ تَعِسَ الشَّيْطَانُ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَعَاظَمَ حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ الْبَيْتِ وَيَقُولَ بِقُوَّتِى وَلَكِنْ قُلْ بِسْمِ اللَّهِ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَصَاغَرَ حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ الذُّبَابِ
“Janganlah kamu ucapkan ‘celakalah setan”, karena jika kamu mengucapkan demikian, setan akan semakin besar seperti rumah. Lalu setan pun dengan sombongnya mengatakan, ‘Itu semua terjadi karena kekuatanku’. Akan tetapi,  ucapkanlah “Bismillah”. Jika engkau mengatakan seperti ini, setan akan semakin kecil sampai-sampai dia akan seperti lalat.” (HR. Ahmad 5:95 dan Abu Daud 4982 dan dishahihkan al-Albani)
Ketika Anda mendengar atau melihat ada sesuatu yang mengganggu, jangan diajak bicara, tapi mintalah perlindungan kepada Allah dan berdoa kepada-Nya.
3. Baca doa ketika masuk rumah
Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Apabila ada orang yang masuk rumah, kemudian dia mengingat Allah ketika masuk, dan ketika makan, maka setan akan mengatakan (kepada temannya): ‘Tidak ada tempat menginap dan tidak ada makan malam.’ Tapi apabila dia tidak mengingat Allah (bismillah dan jangan lupa ucapkan salam) ketika masuk, maka setan mengatakan: ‘Kalian mendapatkan tempat menginap’.” (HR. Muslim 2018, Abu Daud 3765 dan yang lainnya)
Ada doa khusus ketika masuk rumah, akan tetapi doa ini dinilai dhaif oleh al-Albani. Karena itu, makna dzikir kepada Allah adalah membaca basmalah.
4. Baca doa ketika hendak makan
Membaca basmalah ketika hendak makan, menjadi penghalang setan untuk ikut makan bersama Anda. Hadis dari Jabir di atas menegaskan hal ini,
Tapi apabila dia tidak mengingat Allah ketika masuk maka setan mengatakan: ‘Kalian mendapatkan tempat menginap’. Dan jika dia tidak mengingat Allah ketika makan maka setan akan mengatakan: ‘Kalian mendapatkan tempat menginap dan makan malam’.” (HR. Muslim 2018, Abu Daud 3765 dan yang lainnya)
5. Baca doa ketika tutup pintu
Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan banyak saran agar kita tidak terganggu setan. Salah satunya:
وَأَغْلِقُوا الأَبْوَابَ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا
“Tutuplah pintu, dan sebutlah nama Allah. Karena setan tidak akan membuka pintu yang tertutup (yang disebut nama Allah).” (HR. Bukhari 3304, Muslim 2012 dan yang lainnya)
Sekali lagi, hanya dengan membaca: Bismillah..
6. Berdoa ketika keluar rumah
Satu doa ketika keluar rumah. Ringkas, mudah dihafal, tapi khasiatnya besar:
بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
BISMILLAHI TAWAKKALTU ‘ALALLAAH, LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLAA BILLAAH
Dengan nama Allah aku bertawakkal kepada Allah. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah.
Dalam hadis dinyatakan, siapa yang keluar rumah kemudian dia membaca doa di atas, maka disampaikan kepadanya: Kamu diberi petunjuk, dicukupi dan dilindungi. Maka setan kemudian berteriak:
كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِيَ وَكُفِيَ وَوُقِيَ
“Bagaimana kalian bisa mengganggu orang yang sudah diberi hidayah, dicukupi, dan dilindungi.” (HR. Abu Daud 5095, Turmudzi 3426 dan dishahihkan al-Albani)
7. Jauhkan rumah Anda dari gambar makhluk bernyawa
Siapa sangka, ternyata gambar makhluk bernyawa bisa membuat jin dan setan nakal itu semakin betah di rumah kita.
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya ada gambar.” (HR. Bukhari 3224, Nasai 5348 dan yang lainnya).
Ketika malaikat penebar rahmat tidak memasuki rumah Anda, di saat itulah makhluk lain, yang juga tidak kelihatan, akan menggantikan posisi mereka. Foto keluarga, gambar binatang dan seterusnya bisa jadi membuat rumah Anda makin indah bagi setan.
8. Jauhkan rumah Anda dari musik
Banyak orang tidak sadar, ternyata suara ini berbahaya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutnya mizmarus syaithan (musik setan). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan salah satunya, lonceng. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata tentang lonceng: musik setan. (HR. Abu Daud 2556)
Di kesempatan yang sama, malaikat penebar rahmat menghindari rumah yang dipenuhi denngan musik. Dari Ummu Salamah radhiallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَا تَصْحَبُ رُفْقَةً فِيهَا جَرَسٌ
“Sesungguhnya malaikat tidak akan menyertai rombongan yang di sana ada loncengnya.” (HR. Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir, 1001).
Kita telah memahami, terjadi sikap kontradiktif antara malaikat penebar rahmat dengan setan pembangkang. Ketika salah satunya menghindar, di saat itulah satunya menggantikan.
Jadikan rumah Anda seperti taman-taman malaikat penebar rahmat, bukan tempat peristirahatan yang nyaman bagi setan. Hiasi rumah Anda dengan berbagai ketaatan dan amal shaleh. Agar yang menemani Anda juga makhluk yang sholeh. Hiasi rumah Anda dengan bacaan Alquran, shalat, kajian mengupas halal-haram, dan lantunan suara langit lainnya.
Allahu a’lam



___________________________________________
Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina KonsultasiSyariah.com)

OBAT GALAU DAN SEMPITNYA DADA

Kesempitan dada dan apa yang dialami seorang muslim berupa kegelisahan dan kegundahan merupakan persoalan yang terkadang melewati setiap orang dari kita. Kegelisahan dan kegundahan terkadang bisa berlangsung lama pada sebagian orang dan terkadang berlangsung sebentar pada sebagian lainnya.

Kesempitan dada ini terkadang menjadikan hamba sebagai tawanan bisikan dan was-was. Akibatnya, orang yang merana ini tetap menjadi tawanan tipu daya syaitan. Ia tergadai oleh kekuatan godaannya, dan ia tidak mampu melawannya. Pada beberapa tulisan yang ringkas ini akan disebutkan sebab-sebab yang dapat melapangkan dada dengan izin Allah. Diantaranya: 

Sebab Pertama: MENTAUHIDKAN ALLAH

Imam Ibnul Qayyim رحمه الله berkata, “Mencintai Allah, mengenal-Nya, senantiasa mengingat-Nya, merasa tenang dan tentram kepada-Nya, serta meng-esakan-Nya dengan cinta, takut, harap, tawakkal dan mu'amalah, dimana Dia-lah satu-satunya yang berwenang menghilangkan kesusahan hamba dan mewujudkan keinginannya, merupakan Surga dunia dan kenikmatan yang tidak bisa disamai oleh kenikmatan lainnya. Itu adalah penyebab mata para Muhibbin (orang-orang yang mencintai Allah) dan kehidupan para 'Arifin (orang-orang yang mengenal Allah).”

Ibnul Qayyim mengatakan, “Sejauh mana kesempurnaan, kekuatan dan bertambahnya tauhid, maka sejauh itu pula kelapangan dada pemiliknya.”
[Zaadul Ma'aad]

Sebab Kedua: BERBAIK SANGKA KEPADA ALLAH

Berbaik sangka kepada Allah Ta'ala yakni kita merasa bahwa Allah akan melapangkan kesulitan kita dan menghilangkan duka kita. Selagi hamba berbaik sangka kepada Rabb-nya, maka Allah akan membukakan berbagai keberkahan untuknya dari arah yang tidak disangkanya. Karena itu wahai hamba Allah, hendaklah kita berbaik sangka kepada Rabb, niscaya kita akan melihat dari Allah sesuatu yang menggembirakan kita.

Dari Abu Hurairah رضي اَللّهُ عنه, ia mengatakan, “Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:

“Allah Ta'ala berfirman, 'Aku sesuai dengan prasangkaan hamba-Ku terhadap-Ku. Jika prasangkaannya baik terhadap-Ku, maka ia mendapatkan (kebaikan itu). Dan jika prasangkaannya buruk, maka ia mendapatkan (keburukan itu).'” [HR Imam Ahmad dan Ibnu Hibban]

Sebab Ketiga: ILMU SYAR'I

Ilmu dapat meluaskan dan melapangkan dada, sedangkan kejahilan (kebodohan) akan menyebabkan kesempitan, keterbatasan dan menyebabkannya tertahan. Setiapkali ilmu kita bertambah dan semakin luas, maka dada kita menjadi lapang dan luas.

Ibnul Qayyim berkata, “Ilmu dapat melapangkan dada dan meluaskannya hingga lebih luas dari dunia, sedangkan kejahilan menyebabkan kesempitan, keterbatasan dan menyebabkan tertahan. Setiapkali ilmu hamba bertambah luas, maka dadanya menjadi lapang dan luas. Namun ini tidak berlaku untuk semua ilmu. Hal ini hanya berlaku untuk ilmu yang diwariskan dari Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  , yaitu ilmu yang bermanfaat. Orang yang memiliki ilmu tersebut adalah orang yang paling lapang dadanya, paling luas hatinya, paling baik akhlak dan juga kehidupannya.”

Sebab Keempat: BERDZIKIR KEPADA ALLAH DAN BANYAK BERDO'A

Wahai orang yang sempit dadanya dan keruh urusannya, angkatlah tanganmu dengan penuh ketundukkan kepada Kekasih-mu, sampaikan keluhan dan kesedihanmu kepada-Nya, dan alirkan air mata dihadapan-Nya. Ketahuilah, semoga Allah memeliharamu, bahwa Allah menyayangimu melebihi kasih sayang ayah, ibu, sahabat karib dan anak-anakmu kepadamu.

Dan dzikir-dzikir mengenai hal ini, diantaranya:
1. Dari 'Abdullah bin 'Abbas   ia mengatakan, “Rasulullah   ketika ditimpa kesusahan biasa mengucapkan:

لَا إلهَ إلَّا اللّهُ الْعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ, لَا إلهَ إلَّا اللّهُ رَبُّ الْعَرْ شِ الْعَظِيْمِ, لَا إلهَ إلَّا اللّهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَرَبُّ الْا َرْضِ وَرَبُّ الْعَرْ شِ الْكَرِيْمِ.

“Tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Yang Maha Agung lagi Maha Penyantun. Tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Rabb (Pemilik) 'Arsy yang agung. Tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Rabb langit, Rabb bumi dan Rabb (Pemilik) 'Arsy yang mulia.'” [HR Al-Bukhari dan Muslim]

2. Dari 'Abdullah bin Mas'ud رضي اَللّهُ عنه, ia mengatakan, “Apabila Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengalami kesusahan atau kesedihan, beliau mengucapkan:

يَا خَيُّ يَا قَيُّوْ مُ بِرَ خْمَتِكَ اَسْتَغِيِثُ

“Wahai Yang Maha Hidup lagi Maha Mengurusi makhluk-Nya, dengan rahmat-Mu-lah aku memohon bantuan.” [HR Al-Hakim]


3. Dari Abu Bakrah رضي اَللّهُ عنه bahwa Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Do'a ketika ditimpa kesusahan adalah:

اَللَّهُمَّ رَخْمَتَكَ اَرْجُوْ فَلَا تَكِلْنِي إلي نَفْسِيْ طَرْفَةَعَيْنٍ وَاَصْلِحْ لِي شَاْنِي كُلَّهُ لَا إلهَ إلَّا اَنْتَ

Ya Allah, dengan rahmat-Mu-lah aku berharap, maka janganlah Engkau serahkan (urusan)ku kepada diriku walaupun sekejap pun, dan perbaikilah keadaanku seluruhnya. Tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau.” [HR Abu Dawud dan Ibnu Hibban]

4. Dari 'Abdullah bin Mas'ud رضي اَللّهُ عنه, ia mengatakan, ”Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, 'Tidaklah seorang hamba tertimpa kesusahan atau kesedihan, lalu ia mengucapkan:

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ عَبْدُكَ، ابْنُ عَبْدِكَ، ابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِيْ بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِيْ كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِيْ عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِيْ، وَنُوْرَ صَدْرِيْ، وَجَلاَءَ حُزْنِيْ، وَذَهَابَ هَمِّيْ.

“Ya Allah! Sesungguhnya aku ada-lah hambaMu, anak hambaMu (Adam) dan anak hamba perempuanMu (Hawa). Ubun-ubunku di tanganMu, keputusan-Mu berlaku padaku, qadhaMu kepadaku adalah adil. Aku mohon kepadaMu dengan setiap nama (baik) yang telah Engkau gunakan untuk diriMu, yang Engkau turunkan dalam kitabMu, Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhlukMu atau yang Engkau khusus-kan untuk diriMu dalam ilmu ghaib di sisiMu, hendaknya Engkau jadikan Al-Qur’an sebagai penenteram hatiku, cahaya di dadaku, pelenyap duka dan kesedihanku.

Melainkan Allah akan menghilangkan kesedihannya dan kesusahannya dan menggantikan dengan kegembiraan.” [HR Ahmad dalam Musnadnya dan Ibnu Hibban dalam Shahiihnya]

Sebab Kelima: BERSEGERA MENINGGALKAN KEMAKSIATAN & HENDAKLAH BERMUHASABAH (MENGINTROPEKSI) DIRI

Maksiat adalah kehinaan, menjauhkan dari rahmat Allah, mendatangkan kesusahan, kesedihan dan kesempitan dada.

Saudaraku, apakah kau menginginkan jalan keluar dari apa yang kau alami, sedangkan kau 'merumput' disebagian padang kemaksiatan? Sungguh mengherankan apa yang kau lakukan ini! Kau memohon kepada Allah untuk hajat dirimu sedangkan kau melupakan pelanggarannya. Tidak tahukah kau -semoga Allah memberimu petunjuk- bahwa dosa adalah pintu yang sangat besar untuk masuknya berbagai musibah pada diri seorang hamba.

 Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan).” [QS. Asy-Syuuraa : 30]

Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar) kamu berkata, 'Dari mana datangnya (kekalahan) ini?' Katakanlah, 'Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri.' Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” [QS. Ali 'Imran : 165]

Imam Ibnul Qayyim mengatakan, “Balasan yang diberikan kepada orang yang berbuat keburukan berupa kesempitan dada, kerasnya hati, tercerai-berainya hati, kegelapannya, ketertutupannya, duka dan kesedihannya, serta ketakutannya, semua ini adalah perkara yang nyaris yang tidak diragukan oleh orang yang memiliki perasaan dan kehidupan walaupun sedikit. Bahkan, kesusahan, duka, kesedihan dan kesempitan ini adalah sanksi yang disegerakan, Neraka dunia dan Jahannam saat ini. Sementara menuju kepada Allah, kembali kepada-Nya, ridha kepada-Nya, hati penuh kecintaan kepada-Nya, lisan senantiasa berdzikir kepada-Nya, dan bergembira dengan mengenal-Nya, maka ini adalah pahala yang disegerakan, Surga dan kehidupan yang sama sekali tidak dimiliki para raja.” [Al-Waabilush Shayyib, hal. 104]

Karena itu, bersegeralah -semoga Allah selalu menjagamu- untuk muhasabah (intropeksi) diri.

Sebab Keenam: SENANTIASA MELAKSANAKAN KEWAJIBAN

Memelihara dan senantiasa melaksanakan kewajiban, memperbanyak amalan-amalan sunnah berupaa shalat, puasa, shadaqah, (berbagai) kebaikan dan selainnya, merupakan sebab-sebab (turunnya) kecintaan Allah Ta'ala kepada hamba-Nya.

Dari Abu Hurairah رضي اَللّهُ عنه dia berkata, “Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, 'Allah Ta’ala berfirman:

Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku maka Aku umumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan terus menerus hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan yang sunnah hingga Aku mencintai dia. Jika Aku sudah mencintainya, maka Akulah pendengarannya yang dia mendengar dengannya, dan pandangannya yang dia memandang dengannya , dan tangannya yang dia menyentuh dengannya dan kakinya yang dia berjalan dengannya . Jikalau dia meminta kepada-Ku niscaya pasti akan Kuberi, dan jika dia meminta perlindungan kepada-Ku niscaya pasti akan Kulindungi.'” [HR. Al-Bukhari no. 6502]

Sebab Ketujuh: BERGAUL DENGAN ORANG-ORANG SHALIH

Berkumpul bersama teman-teman yang shalih, setia mendengar pembicaraan mereka, memetik buah dan arah pembicaraan mereka, maka duduk bersama mereka mendatangkan keridhaan Allah Yang Maha Penyayang dan membuat syaitan murka. Karena itu senantiasalah duduk dan bergaul bersama mereka, serta mintalah nasehat mereka, niscaya kau mendapati kelapangan dan kegembiraan dalam dadamu. Kemudian berhati-hatilah dirimu dengan kesendirian. Hati-hatilah untuk tidak sendirian tanpa teman, apalagi pada saat berbagai urusan menyusahkanmu. Karena syaitan akan menambah kelemahan pada seorang hamba jika ia seorang diri. Syaitan dari satu orang itu lebih dekat, dan dari dua orang lebih jauh, sementara ia tidak bersama tiga orang. Sesungguhnya serigala hanyalah makan kambing yang sendirian

Sebab Kedelapan: MEMBACA AL-QUR'AN

Membaca Al-Qur'an dengan tadabbur dan penuh perhatian termasuk salah satu sebab terbesar untuk menghilangkan kesedihan dan kesusahan. Sebab, membaca Al-Qur'an dapat menentramkan hati dan melapangkan dada.

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingat, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.” [QS. Ar-Ra'd : 28]

Ibnu Katsir mengatakan, “Yakni senang dan bersandar ke hariban-Nya, tentram saat mengingat-Nya, dan ridha kepada-Nya sebagai Penolongnya. Karena Allah berfirman, 'Ingat, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram. “ [QS. Ar-Ra'd : 28]

Yakni, ketentraman pasti terwujud karena berdzikir.

Karena itu, hendaklah kamu -semoga Allah merahmatimu- berkeinginan keras untuk memperbanyak membacanya di waktu-waktu malam dan siang. Mohonlah kepada Rabb agar bacaan Al-Qur'an mu menjadi sebab kelapangan dadamu. Sebab, selagi hamba menuju Rabb-nya dengan jujur, maka Allah membukakan untuknya keberkahan-Nya yang agung.

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabb-mu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang ada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” [QS. Yunus : 57]

 Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan Al-Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zhalim selain kerugian.” [QS. Al-Israa' : 82]

Sebab Kesembilan: BERBUAT BAIK KEPADA SESAMA

Berbuat baik kepada sesama dan memberi manfaat kepada mereka dengan apa yang kita miliki berupa harta dan kedudukan termasuk sebab yang dapat melapangkan dada. Sesungguhnya orang yang dermawan kepada orang lain adalah orang yang paling lapang dadanya dan paling baik jiwanya. Karena itu, berkeinginanlah untuk memberikan kebaikan kepada sesama, terutama kepada kedua orang tua dan orang-orang yang menjadi tanggung jawab kita.

Perhatikanlah tetangga dan teman-teman kita, jangan meremehkan kebaikan sekecil apa pun. Berusahalah untuk senang dengan kebaikan yang diperoleh orang lain, sebagaimana kita senang kebaikan tersebut kita peroleh. Lapang dadalah dalam menyelesaikan berbagai hajat saudara-saudara kita sesama kaum muslimin, niscaya kita akan menemukan kebahagiaan tanpa diragukan lagi.

Sebab Kesepuluh: MEMBUANG KEDENGKIAN HATI DAN BERKEINGINAN KERAS UNTUK MEMBERSIHKANNYA

Hati yang bersih adalah sebab terpenting yang dapat melapangkan hati, mendatangkan kegembiraan dan kebahagiaan untuknya. Sementara dendam dan dengki adalah penyakit hati yang paling berbahaya dan menyempitkannya.

Ibnul Qayyim mengatakan, “Diantaranya, bahkan yang terbesar adalah mengeluarkan (membuang) kedengkian hati. Ini termasuk diantara sifat-sifat tercela yang menyempitkan hati dan menyiksanya, serta menghalanginya untuk mendapatkan kebersihan hati. Sebab, ketikaa manusia melakukan sebab-sebab yang bisa melapangkan dadanya sedangkan ia tidak membuang sifat-sifat tercela tersebut dari hatinya, maka itu tidak berguna untuk melapangkan dadanya. Maksimal ia memiliki dua unsur yang masuk ke hatinya, dan hati tersebut akan dikuasai oleh unsur yang lebih dominan dari keduanya.

Karena itu, hendaklah dirimu -semoga Allah memeliharamu- berkeinginan keras untuk membersihkan hatimu dan menjauhi segalaa hal yang dapat menyempitkannya. Tinggalkanlah permusuhan, kebencian dan kedengkian terhadap orang lain. Cintailah orang lain sebagaimana kau mencintai dirimu sendiri, niscaya kau menjadi orang yang berbahagia di dunia dan akhirat.

Semoga Allah memberikan taufiq kepada kita semua untuk meraih kebaikan dan kebahagian di dunia dan akhirat.

Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.




_____________________________________________________________________________
Diringkas oleh Afni Septrifiana dari Buku Hidup Anda Gelisah? Inilah Obatnya..., Karya Syaikh Iman 'Abbas - Daar al Wahyin, Penerbit Pustaka Ibnu 'Umar, hal. 67-86

KHUTBAH IBLIS YANG SANGAT MENYENTUH HATI

Iblis berkhutbah…??, benar…ia berkhutbah…bahkan khutbah yang paling menyentuh hati…tidak ada khutbah yang menyentuh hati sebagaimana khutbah Iblis ini.

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata :

إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ ، قَامَ إِبْلِيْسُ خَطِيْبًا عَلَى مِنْبَرٍ مِنْ نَارٍ ، فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ

"Tatkala hari kiamat Iblis berdiri di atas sebuah mimbar dari api lalu berkhutbah seraya berkata, "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya…" (Tafsiir At-Thobari 16/563)

Al-Haafizh Ibnu Katsiir rahimahullah berkata :

يُخْبِرُ تَعَالَى عَمَّا خَطَبَ بِهِ إِبْلِيْسُ أَتْبَاعَهُ، بَعْدَمَا قَضَى اللهُ بَيْنَ عِبَادَهُ، فَأدخل المؤمنين الجنات، وأسكن الكافرين الدركات، فقام فيهم إبليس -لعنه الله -حينئذ خطيبا ليزيدهم حزنا إلى حزنهم (4) وغَبنا إلى غبْنهم، وحسرة إلى حسرتهم

"Allah mengabarkan tentang khutbah yang disampaikan oleh Iblis kepada para pengikutnya, yaitu setelah Allah memutuskan/menghisab para hambaNya, lalu Allah memasukan kaum mukminin ke surga, dan Allah menempatkan orang-orang kafir ke dalam neraka jahannam. Maka Iblispun tatkala itu berdiri dan berkhutbah kepada para pengikutnya agar semakin menambah kesedihan di atas kesedihan mereka, kerugian di atas kerugian, serta penyesalan di atas penyesalan…." (Tafsiir Al-Qur'an Al-'Adziim 4/489)

Khutbah tersebut disampaikan oleh Iblis kepada para pengikutnya pada saat yang sangat menegangkan…tatkala mereka pertama kali dimasukkan ke dalam neraka jahannam…tatkala mereka telah melihat api yang menyala-nyala yang siap membakar mereka…!!!

Khutbah tersebut…

Benar-benar masuk ke dalam hati para pengikut Iblis…,

Khutbah yang mengalirkan air mata mereka…

khutbah yang benar-benar telah menyadarkan mereka akan kesalahan-kesalahan mereka…

Khutbah yang menyadarkan mereka bahwasanya selama ini mereka hanya terpedaya oleh sang pemimpin…sang khotiib…Iblis la’natullah 'alaihi
Allah menyebutkan khutbah Iblis yang sangat menyentuh tersebut:
وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الأمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِي عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي فَلا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِي مِنْ قَبْلُ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (٢٢)وَأُدْخِلَ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ (٢٣)
"Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kalian janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepada kalian tetapi aku menyalahinya. sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadap kalian, melainkan (sekedar) aku menyeru kalian lalu kalian mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kalian mencerca aku akan tetapi cercalah diri kalian sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolong kalian dan kalian pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatan kalian yang mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu". Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih".
Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka" (QS Ibrahim : 22-23)
Demikianlah khutbah Iblis tersebut….setelah ia menggoda manusia…setelah menipu mereka…setelah menjerumuskan mereka dalam neraka…setelah tercapai cita-citanya…lalu…
Iapun berlepas diri dari para pengikutnya. Ia sama sekali tidak mau bertanggung jawab atas godaan-godaannya…
Bahkan ia sama sekali tidak mau disalahkan dan dicela…akan tetapi ia menyuruh mereka (para pengikutnya) untuk mencela diri mereka sendiri…
Bahkan ia mengaku sejak dulu kufur/ingkar terhadap kesyirikan yang dilakukan oleh pengikutnya…
Yang lebih menjadikan para pengikutnya tersentuh, Iblis menutup khutbahnya dengan menyatakan bahwa
"Sesungguhnya orang-orang zalim mendapatkan siksaan yang pedih"…lalu Iblis menyebutkan tentang kenikmatan penduduk surga, yaitu orang-orang yang tidak mau menjadi pengikut Iblis…!!!

Sungguh kehinaan dan kesedihan yang tidak bisa terbayangkan dalam hati para penghuni neraka tatkala mendengar khutbah dari sang pemimpin…

Semoga Allah menjaga kita dari rayuan Iblis…jangan sampai kita termasuk dari orang-orang yang tersentuh karena kutbah Iblis ini….orang-orang yang tatkala di dunia tidak tersentuh oleh nasehat-nasehat, tidak tergerak hati mereka tatkala mendengar pengajian-pengajian dan khutbah-khutbah…hati mereka hanyalah tergerak dan tersentuh tatkala mendengar khutbah Iblis….wal'iyaadzu billah.
_____________________________
Kota Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-, 14-02-1434 H / 27 Desember2012 M
Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja
www.firanda.com

LUPA ITU NIKMAT

Selama ini, jika kita mendengar kata nikmat, maka yang terbayang adalah makanan yang enak, uang yang banyak, tubuh yang sehat dan lain sebagainya.
Tapi tahukah anda, bahwa sifat lupa yang melekat pada setiap manusia itu, ternyata nikmat yang juga patut kita syukuri. Lho kok gitu ?
Setiap kita, tentu saja tidak akan lepas dari berbagai persoalan hidup yang melilit kita, berbagai persoalan ini bisa menimbulkan bermacam perasaan di hati kita, rasa marah, rasa benci, dendam dan sakit hati.
Dan tahukah anda bagaimana perasaan yang tidak enak itu berangsur hilang, bahkan lenyap dari hati anda ?? ya dengan sifat lupa itu !!

Seseorang yang baru saja mendapatkan kritikan, teguran bahkan cacian dan  penghinaan, boleh jadi memendam rasa sakit hati, yang  tentu saja mempengaruhi kondisi emosionalnya bahkan hingga mau tidurpun masih terngiang-ngiang ucapan yang pedas itu di telinganya,. Tapi dengan berlalunya waktu, perasaan itu hilang dari hatinya, karna dia telah melupakannya !
Bisa anda bayangkan jika anda tidak memiliki sifat lupa, berbagai peristiwa akan terus tertancap dalam memori anda, yang jelas-jelas akan menguras energi dan emosi anda, hal ini tentu saja kontra produktif dengan semangat kita untuk terus maju dan berkarya.
Lupa adalah anugerah Tuhan , sayangnya kita sering lupa bersyukur  “
Bagaimana tidak, begitu banyak nikmat Allah yang diberikan kepada kita, dari bangun tidur hingga tidur lagi, tapi sudahkah kita menjadi hamba yang bersyukur ?? Kalaupun kita sholat, tapi kita sholat ogah-ogahan, itupun sudah di ujung-ujung waktu, itu baru satu contoh.
Maka tidak salah Allah berulang kali mengingatkan dalam berbagai ayat   :
“Amat sedikit HambaKU yang bersyukur ”

Karna  tabiat manusia yang mudah lupa, lalai, terpengaruh dan cendrung pada apa yang dimaui hawa nafsu , maka dalam ayat lain Allah mengingatkan :
فَذَكِّرْ إِنْ نَفَعَتِ  الذِّكْرَى  

”  berilah peringatan karena peringatan itu bermanfa’at ” (Q.S Ala’la:9)
Maka ‘Lupa’ bisa jadi NIKMAT bagi kita untuk saling mengingatkan, dan saling menguatkan. Bukan sebaliknya !
Oleh karena itu, kalau hari ini, anda masih memendam luka dan dendam akibat peristiwa di masa lalu, sungguh anda telah merugi. Tidak ada jalan terbaik bagi anda selain melupakannya, kalau anda tidak sanggup, maka ketahuilah, ada nikmat yang hilang dari diri anda !
Mari syukuri sifat lupa yang ada pada diri kita, sebagai karunia dari Allah, tapi awas, jangan menjadi orang ‘pelupa’ apalagi kalau mau bayar hutang !!! 
Wassalam..

Seputar Jabat tangan

Pengertian

Al Hattab (ulama madzhab Malikiyah) mengatakan: “Para ulama kami (Malikiyah) mengatakan: Jabat tangan artinya meletakkan telapak tangan pada telapak tangan orang lain dan ditahan beberapa saat, selama rentang waktu yang cukup untuk menyampaikan salam.” (Hasyiyah Al Adzkar An Nawawi oleh Ali Asy Syariji, hal. 426)

Ibn Hajar mengatakan: “Jabat tangan adalah melekatkan telapak tangan pada telapak tangan yang lain.” (Fathul Bari, 11/54)

Hukum

An Nawawi mengatakan: “Ketahuilah bahwasanya jabat tangan adalah satu hal yang disepakati sunnahnya (untuk dilakukan) ketika bertemu.”

Ibn Batthal mengatakan: “Hukum asal jabat tangan adalah satu hal yang baik menurut umumnya ulama.” (Syarh Shahih Al Bukhari Ibn Batthal, 71/50)

Namun penjelasan di atas berlaku untuk jabat tangan yang dilakukan antara sesama laki-laki atau sesama wanita.


Berikut adalah dalil-dalil dianjurkannya jabat tangan:

Qatadah bertanya kepada Anas bin Malik: “Apakah jabat tangan itu dilakukan diantara para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ?” Anas menjawab: “Ya.” (HR. Al Bukhari, 5908)
Abdullah bin Hisyam mengatakan: “Kami pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sementara beliau memegang tangan Umar bin Al Khattab.” (HR. Al Bukhari 5909)
Ka’ab bin Malik mengatakan: “Aku masuk masjid, tiba-tiba di dalam masjid ada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian Thalhah bin Ubaidillah berlari menyambutku, menjabat tanganku dan memberikan ucapan selamat kepadaku.” (HR. Al Bukhari 4156)
Dan beberapa hadis lainnya yang akan disebutkan dalam pembahasan keutamaan berjabat tangan.

Akan tetapi dikatakan bahwasanya Imam Malik membenci jabat tangan. Dan ini merupakan pendapat Syahnun dan beberapa ulama Malikiyah. Pendapat ini berdalil dengan firman Allah ta’ala ketika menceritakan salamnya Malaikat kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Allah berfirman, yang artinya: “(Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: ‘Salaamun’ Ibrahim menjawab: “Salaamun (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal.” (QS. Ad Dzariyat: 25)

Pada ayat di atas, malaikat hanya menyampaikan salam kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan mereka tidak bersalaman. Sehingga Malikiyah berkesimpulan bahwa di antara kebiasaan orang saleh (nabi Ibrahim & para Malaikat) adalah tidak berjabat tangan ketika ketemu, tetapi hanya mengucapkan salam.

Namun, yang lebih tepat, pendapat Imam Malik yang terkenal adalah beliau menganjurkan jabat tangan. Hal ini dikuatkan dengan sebuah riwayat, di mana Sufyan bin ‘Uyainah pernah menemui beliau dan Imam Malik bersalaman dengan Sufyan. Kemudian Imam Malik mengatakan: “Andaikan bukan karena bid’ah, niscaya aku akan memelukmu.” Sufyan bin ‘Uyainah mengatakan: “Orang yang lebih baik dari pada aku dan kamu yaitu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memeluk Ja’far ketika pulang dari negeri Habasyah. Kata Malik: “Itu khusus (untuk Ja’far).” Komentar Sufyan: “Tidak, itu umum. Apa yang berlaku untuk Ja’far juga berlaku untuk kita, jika kita termasuk orang saleh (mukmin).” (Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 2/13949)

Kesimpulannya, bahwasanya pendapat yang paling tepat adalah dianjurkannya berjabat tangan antar sesama. Mengingat banyak dalil yang menegaskan hal tersebut. Sedangkan adanya pendapat yang menyelisihi hal ini terlalu lemah ditinjau dari banyak sisi.

Keutamaan Berjabat Tangan


Terampuninya dosa
Dari Al Barra’, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah dua orang muslim bertemu kemudian berjabat tangan kecuali akan diampuni dosa keduanya selama belum berpisah.” (Shahih Abu Daud, 4343)
Dari Hudzifah bin Al Yaman, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya seorang mukmin jika bertemu dengan mukmin yang lain, kemudian dia memberi salam dan menjabat tangannya maka dosa-dosa keduanya akan saling berguguran sebagaimana daun-daun pohon berguguran.” (Diriwayatkan oleh Al Mundziri dalam At Targhib dan dishahihkan Syaikh Al Albani dalam As Shahihah, 525)

Menimbulkan rasa cinta antara orang yang saling bersalaman
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Maukah kalian aku tunjukkan suatu perbuatan yang jika kalian lakukan maka kalian akan saling mencintai?” yaitu: “Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim 93)

Jika semata-mata mengucapkan salam bisa menimbulkan rasa cinta maka lebih lagi jika salam tersebut diiringi dengan jabat tangan.

Menghilangkan kebencian dalam hati
Terdapat beberapa hadis dalam masalah ini, namun semuanya tidak lepas dari cacat. Di antaranya adalah:
“Lakukanlah jabat tangan, karena jabat tangan bisa menghilangkan permusuhan.” Tetapi hadis ini didhaifkan oleh Syaikh Al Albani (Ad Dha’ifah, 1766)
“Lakukanlah jabat tangan, itu akan menghilangkan kedengkian dalam hati kalian.” (HR. Imam Malik dalam Al Muwatha’ dan didhaifkan oleh Syaikh Al Albani)

Terlepas dari hadis di atas, telah terbukti dalam realita bahwa berjabat tangan memiliki pengaruh dalam menghilangkan kedengkian hati dan permusuhan.

Berjabat tangan merupakan ciri orang-orang yang hatinya lembut
Ketika penduduk Yaman datang, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Penduduk Yaman telah datang, mereka adalah orang yang hatinya lebih lembut dari pada kalian.” Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkomentar tentang sifat mereka: “Mereka adalah orang yang pertama kali mengajak untuk berjabat tangan.” (HR. Ahmad 3/212 & dishahihkan Syaikh Al Albani, As Shahihah, 527)

Mencium Tangan Ketika Jabat Tangan

Ibn Batthal mengatakan:

“Ulama berbeda pendapat dalam menghukumi mencium tangan ketika bersalaman. Imam Malik melarangnya, sementara yang lain membolehkannya.” (Syarh Shahih Al Bukhari, Ibn Batthal 17/50)

Di antara dalil yang digunakan oleh ulama yang membolehkan adalah:

Abu Lubabah & Ka’ab bin Malik, serta dua sahabat lainnya (yang diboikot karena tidak mengikuti perang tabuk) mencium tangan Nabi Shallallhu ‘alaihi wa Sallam ketika taubat mereka diterima oleh Allah. (HR. Al Baihaqi dalam Ad Dalail & Ibn Al Maqri. Disebutkan oleh Al Hafizh dalam Al Fath tanpa komentar)
Abu Ubaidah mencium tangan Umar ketika datang dari Syam (HR. Sufyan dalam Al Jami’ & disebutkan oleh Al Hafizh dalam Al Fath tanpa komentar)
Zaid bin Tsabit mencium tangan Ibn Abbas ketika Ibn Abbas menyiapkan tunggangannya Zaid. (HR. At Thabari & Ibn Al Maqri. Disebutkan oleh Al Hafizh dalam Al Fath tanpa komentar)
Usamah bin Syarik mengatakan: “Kami menyambut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kami mencium tangannya.” (HR. Ibn Al Maqri, Kata Al Hafizh: Sanadnya kuat.”)
Dan masih banyak beberapa riwayat lainnya yang menunjukkan bolehnya mencium tangan ketika berjabat tangan. Bahkan Ibn Al Maqri menulis buku khusus yang mengumpulkan beberapa riwayat tentang bolehnya mencium tangan ketika berjabat tangan.

Satu hal yang perlu diingat bahwasanya mencium tangan ini diperbolehkan jika tidak sampai menimbulkan perasaan mengagungkan kepada orang yang dicium tangannya dan merasa rendah diri di hadapannya. Karena hal ini telah masuk dalam batas kesyirikan. (lih. Al Iman wa Ar Rad ‘ala Ahlil Bida’, Syaikh Abdur Rahman bin Hasan Alu Syaikh)

An Nawawi mengatakan: “Mencium tangan seseorang karena sifat zuhudnya, salehnya, amalnya, mulianya, sikapnya dalam menjaga diri dari dosa, atau sifat keagamaan yang lainnya adalah satu hal yang tidak makruh. Bahkan dianjurkan. Akan tetapi jika mencium tangan karena kayanya, kekuatannya, atau kedudukan dunianya adalah satu hal yang makruh dan sangat di benci. Bahkan Abu Sa’id Al Mutawalli mengatakan: “Tidak boleh” (Fathul Bari, Al Hafizh Ibn Hajar 11/57)

Berdasarkan beberapa keterangan ulama di atas dan dengan mengambil keterangan ulama yang lain, disimpulkan bahwa mencium tangan diperbolehkan dengan beberapa persyaratan:

  • Tidak sampai menimbulkan sikap mengagungkan orang yang dicium
  • Tidak menimbulkan sikap merendahkan diri di hadapan orang yang dicium Karena kemuliaan dan kedudukan dalam agama dan bukan karena dunianya
  • Tidak dijadikan kebiasaan, sehingga mengubah sunnah jabat tangan biasa 
  • Orang yang dicium tidak menjulurkan tangannya kepada orang yang mencium (keterangan Syaikhul Islam Ibn Taimiyah)
Penulis: Ammi Nur Baits
Muroja’ah: Ustadz Aris Munandar
Artikel www.muslimah.or.id

Agar hati tidak dendam

Berikut adalah sejumlah kesadaran yang dapat kita hadirkan dalam hati kita saat seseorang telah berprilaku buruk kepada kita, agar tidak ada dendam yang berkembang dalam hati.
  • Ingatlah bahwa perbuatan orang itu kepada kita tidak keluar dari kehendak Allah. Allah menginginkannya itu terjadi dan ada hikmah dibalik itu.
  • Ingatlah dosa-dosa kita. Karena tidaklah keburukan menimpa kita melainkan karena sebab dosa-dosa kita. Sibuklah dengan tobat dan istighfar, dari pada sibuk mencela dan mencari-cari cara untuk membalasnya.
  • Ingatlah pahala yang sungguh besar bagi orang yang mau memaafkan dan bersabar. “Barangsiapa yang memberi maaf dan melakukan kebaikan, maka pahalanya di sisi Allah.” (QS. Asy Syuuraa: 40)
  • Ingatlah bahwa memaafkan dan berbuat baik akan membuat hati kita bersih dari keinginan-keinginan buruk, hasad dan dendam. Dengan itu hati akan merasakan kelezatan yang jauh lebih lezat dari kelezatan melampiaskan dendam.
  • Ingatlah bahwa dendam akan membuat jiwa menjadi hina, sedangkan memaafkan akan membuat jiwa menjadi mulia. “Tidaklah Allah menambah kepada seorang hamba dengan sikap memaafkan melainkan kemuliaan” (HR Muslim)
  • Ingatlah bahwa balasan yang kita akan dapatkan sesuai dengan perbuatan yang kita lakukan. Kita pun pasti pernah berbuat zalam dan dosa. Jika kita memaafkan, Allah pun akan memaafkan kita.
  • Ingatlah bahwa menyibukkan diri dengan dendam akan menghabiskan waktu dan membuat hati menjadi tidak fokus. Sehingga banyak hal-hal bermanfaat kita lewatkan. Maka jangan sampai musibah lebih besar menimpa kita.
  • Ingatlah bahwa Rasulullah tidak pernah sekali pun dendam karena urusan pribadinya. Jika itu terjadi kepada orang yang paling mulia, bagaimana dengan kita?
  • Ingatlah bahwa sabar adalah setengah dari keimanan. Jika kita bersabar, maka kita berarti sedang menjaga keimanan kita.
  • Ingatlah bahwa dengan bersabar berarti kita telah mengalahkan dan mengendalikan jiwa kita. Karena jiwa yang tidak dapat kita taklukan akan mengajak kita pada kebinasaan.
  • Ingatlah bahwa jika kita bersabar, maka Allah pasti akan menolong kita.
  • Ingatlah jika kita bersabar, maka itu akan menjadi sebab orang yang telah berbuat zalim kepada kita menyesal dengan tindakannya, malu dan bisa jadi malah mencintai kita, setelah sebelumnya membenci kita. “Balaslah keburukan itu dengan yang labih baik, maka tiba-tiba orang yang tadinya antara kamu dan dia ada permusukan, menjadi seolah-olah seperti teman yang dekat.” (QS. Fushilat: 34)
  • Ingatlah bisa jadi jika kita membalas perbuatan buruknya kepada kita, hal itu akan membuatnya semakin bertambah buruk.
  • Ingatlah bahwa orang yang biasa mendendam, ia pasti akan terjerumus pada kezaliman. Karena jiwa sulit untuk berbuat adil.
  • Ingatlah bahwa kesabaran itu akan menjadi penggugur dosa kita atau pengangkat derajat kita. Dan itu tidak akan kita dapatkan jika kita tidak bersabar dan melampiaskan dendam.
  • Ingatlah bahwa sabar dan tidak membalas adalah kebaikan yang akan melahirkan kebaikan yang lain, dan kebaikan itu akan melahirkan kebaikan lagi dan begitu seterusnya. Karena diantara balasan kebaikan itu adalah kebaikan berikutnya.

[Disarikan dari risalah "Qaa`idatun fish shabri" Karya Syaikhul Islam Ibnu Tamiyyah -rahimahullah-, "Jaami'ul Masaa`il" vol. 1, hal. 177-181]
Penulis: Ustadz Abu Khaleed Resa Gunarsa, Lc
Artikel Muslim.Or.Id
Dari artikel 'Agar Tidak Dendam — Muslim.Or.Id'

TIDAK ADA BENDA KERAMAT DI DALAM AGAMA ISLAM

TIDAK ADA BENDA KERAMAT DI DALAM AGAMA ISLAM

Oleh

Ustadz Ali Musri Semjan Putra
Majalah As-Sunnah    http://almanhaj.or.id
بسم الله الرحمن الرحيم
Segala puji bagi Allah Azza wa Jalla, Rabb semesta alam. Tiada yang berhak diibadahi kecuali Dia semata, yang telah mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab demi kebahagian manusia di dunia dan di akhirat kelak. Dia-lah tempat meminta dan bergantung dalam segala keadaan. Baik di saat suka maupun duka, di saat senang maupun susah, di saat sehat maupun sakit. Dia-lah yang memberi kesembuhan atas segala penyakit.
Salawat beserta salam kita ucapkan untuk Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Nabi pembawa rahmat untuk seluruh alam. Nabi yang amat mencintai umatnya, yang telah menyuruh umatnya untuk memohon dan meminta pertolongan hanya kepada Allah Azza wa Jalla.
Semoga salawat juga terlimpah buat keluarga, para sahabat beliau dan orang-orang yang berjalan di atas jalan mereka sampai hari kemudian.
Para pembaca yang kami muliakan, pada kesempatan kali ini kita akan membahas peristiwa menyedihkan yang melanda negeri kita; yang bila dilihat dari sisi syar'i lebih dahsyat dari tsunami atau gempa yang memporak-porandakan gedung-gedung. Peristiwa itu adalah musibah kehancuran dan robohnya aqidah umat dilindas batu para dukun cilik. Betapa tidak, fitnah ini korbannya jauh lebih dahsyat dari segala bencana. Betapa rapuhnya aqidah umat kita, yang hanya dengan tiga batu kerikil milik tiga anak cilik saja mampu merobohkannya. Bagaimana seandainya mereka dihadapkan kepada fitnah Dajjal yang mampu menyuburkan bumi yang kering kerontang; menghidupkan orang mati dan lainnya ? Tentu tidak bisa dibayangkan apa yang akan terjadi dengan umat ini. jika mereka dihadapkan kepada fitnah yang dimiliki Dajjal itu. Kita memohon kepada Allah Azza wa Jalla untuk mengembalikan umat kepada agama yang lurus.
Perbuatan syirik itu telah menjadi berita hangat dan tontonan serta menyita perhatian berbagai tokoh nasional. Amat sedikit sekali yang mengomentari peristiwa tersebut dengan nilai-nilai aqidah dan sebagian besar malahan menyalahkan pemerintah terutama departemen kesehatan.
Di tengah-tengah kemajuan teknologi dan keilmuan, ternyata dalam hal agama, kita masih primitif. Seharusnya yang perlu menjadi perhatian pertama adalah pendidikan umat dengan ilmu agama dan aqidah yang lurus. Agar mereka tidak dapat dihanyutkan oleh berbagai kesyirikan yang diungkapkan dengan istilah-istilah yang menyesatkan. Semoga kejadian ini menjadi pertimbangan berbagai pihak dalam menentukan kebijakan sistem pendidikan kita ke depan. Sudah terbukti bahwa ilmu-ilmu yang bersumber dari penelitian manusia tidak mampu mengeluarkan dari keprimitifan dalam beragama.
Memang Nabi kita Shallallahu ’alaihi wa sallam dari jauh-jauh hari sudah memperingatkan bahwa umat ini akan kembali terjerumus ke dalam kesyirikan dan kesesatan umat-umat yang lalu
« لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ ». متفق عليه
"Sesunguhnya kalian akan mengikuti kebiasaan umat-umat sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sedepa demi sedepa, sehingga seandainya mereka masuk lubang Dhab (sejenis kadal), niscaya akan kalian ikuti". [HR. Bukhâri dan Muslim]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda bahwa Allah Azza wa Jalla sangat membenci orang yang melakukan kebiasaan jahiliyah:
عَن ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ((أَبْغَضُ النَّاسِ إِلَى اللهِ ثَلاَثَة مُلْحِدٌ فِي الْحَرَمِ وَمُبْتَغٍ فِي اْلإِسْلاَمِ سُنَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ وَمُطْلِبُ دَمِ امْرِئٍ بِغَيْرِ حَقٍّ لِيُرِيْقَ دَمَهُ)). رواه مسلم
"Diriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbâs Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Manusia yang paling dibenci Allah Azza wa Jallaada tiga; orang melakukan dosa di tanah haram, orang yang mencari kebiasaan jahiliyah dalam Islam dan orang yang mengincar darah seseorang tanpa hak untuk ia tumpahkan (membunuhnya)". [HR. Muslim]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengubur kebiasaan jahiliyah itu di bawah telapak kakinya, sebagaimana beliau nyatakan :
((أَلاَ كُلُّ شَيْءٍ مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ تَحْتَ قَدَمِيْ مَوْضُوْعٌ)) رواه مسلم
"Ketahuilah segala sesuatu dari urusan jahiliah terkubur di bawah telapak kakiku "[HR. Muslim]
Di antara kebiasaan jahiliyah yang dilakukan manusia di abad modern ini adalah kepercayaan kepada benda-benda mati. Di zaman jahiliyah manusia sering menggantungkan harapannya kepada benda-benda mati. Jika mereka menemukan sebuah batu yang amat besar atau berbentuk menyerupai makhluk hidup, atau memiliki warna yang agak asing atau bentuknya agak aneh, maka mereka meyakini bahwa batu-batu itu memiliki keistimewaan. Jika ukurannya kecil mereka membawanya pulang, jika tidak mereka mendatangi tempat batu itu. Mereka berkeyakinan bahwa batu-batu itu dapat menangkal sihir, menghentikan aliran darah atau memudahkan kelahiran. Ada yang digantungkan di leher atau diikatkan di tangan dan di kaki wanita yang akan melahirkan. Ada lagi batu yang disebut ”batu akik”, mereka yakini dapat membuat diam seseorang yang mau marah, atau bahkan obat bagi penyakit ain (mata jahat). Ada pula yang disebut batu zamrud, mereka yakini dapat mengobati penyakit ayan. Padahal semua itu adalah khurafat dan khayalan belaka.
Sebagaimana halnya al-Lâta adalah batu berhala yang dianggap berkah atau sakti. Mereka juga mempertuhankan batu; jika mereka menghadapi paceklik, kekurangan pangan, hujan tidak turun, atau ditimpa wabah penyakit, mereka datang ke tempat batu-batu yang mereka anggap berkah atau sakti.
Ibnu Katsîr berkata: "Al Lâta" adalah batu besar berwarna putih yang diukir; di atasnya dibangun rumah yang dihiasi kelambu dan dijaga; di sekelilingnya lapangan luas yang dimuliakan oleh penduduk Thâif. Mereka membanggakannya di atas suku-suku Arab lain [1].
Demikian pula jika mereka menemukan pohon besar yang rindang daunnya, mereka menganggap sakti dan mereka duduk di bawahnya, atau membawa sesajian ke sana, atau menggantungkan pedang mereka pada dahan-dahannya. Menurut khayalan mereka, pohon itu dapat memberi keberkahan dan kekuatan tertentu pada diri mereka atau senjata-senjata mereka, sebagaimana diceritakan dalam sebuah hadits berikut ini:
عَنْ أَبِيْ وَاقِدٍ اللَّيْثِيْ، قَالَ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَىْ حُنَيْنٍ وَنَحْنُ حُدَثَاءُ عَهْدٍ بِكُفْرٍ، وَلِلْمُشْرِكِيْنَ سِدْرَةٌ يَعْكُفُوْنَ عِنْدَهَا وَيَنُوْطُوْنَ بِهَا أَسْلِحَتَهُمْ، يُقَالُ لَهَا: ذَاتُ أَنْوَاطٍ، فَمَرَّرْناَ بِسِدْرَةٍ فَقُلْنَا: ياَ رَسُوْلَ اللهِ إجْعَلْ لَناَ ذَاتَ أَنْوَاطٍ كَمَا لَهُمْ ذَاتُ أَنْوَاطٍ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (اللهُ أَكْبَرُ! إِنَّهَا السُّنَنُ، قُلْتُمْ ـ وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ ـ كَمَا قَالَتْ بَنُوْ إِسْرَائِيْلُ لِمُوْسَى: (إجْعَلْ لَنَا إلهاً كَماَ لَهُمْ آلِهَةٌ قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُوْنَ) لَتَرْكَبُنَّ سُنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ". [رَوَاهُ التِّرْمِذِيْ وَصَحَّحَهُ]. هَذاَ حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ.
Dari Abu Waqid Al Laysie, ia berkata: “Kami keluar bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ke Hunain, saat itu kami baru saja keluar dari kekufuran. Orang-orang musyrikin memiliki sebatang pohon yang besar, mereka duduk di sisinya dan menggantungkan senjata-senjata mereka padanya. Pohon itu disebut pohon Dzâtu Anwâth. Lalu kami melewati sebatang pohon yang besar pula. Maka kami berkata:”Ya Rasulullâh jadikanlah untuk kami pohon Zatu Anwâth, sebagaimana mereka memiliki pohon Dzâtu Anwâth!” Rasululâh n pun bertakbîr (Allâhu Akbar) Demi Zat yang jiwaku berada ditangannya sesungguhnya ucapan kalian ini sebagaimana ucapan Bani Israil kepada Musa Alaihissallam: "Jadikanlah untuk kami sembahan sebagaiman mereka memiliki sesembahan! Musa berkata: sesungguhnya kalian kaum yang bodoh". Sesungguhnya kalian akan mengikuti kebiasaan-kebiasaan orang sebelum kalian"[HR Tirmidzi]
Sebagaimana halnya berhala mereka "Al-'Uzza", Ibnu Katsîr berkata: "Al-'Uzza" adalah pohon yang dibangun rumah di bawahnya dan dihiasi kelambu. Orang-orang Quraisy mengagungkannya [2].
Banyak kisah tentang batu di masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , tapi beliau maupun sahabat tidak menjadikan ajimat maupun benda sakti seperti kisah-kisah berikut ini:
1. Kisah Batu Khandak.
Berkata Amru bin 'Auf: Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menggariskan kepada kami khandak (parit yang dalam) pada waktu perang Ahzâb. Lalu ditemukan sebuah batu besar putih yang bulat. Batu tersebut tidak bisa dihancurkan bahkan membuat alat-alat kami patah. Maka kami menyebutkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Lalu Rasulullâh n menggambil linggis dari Salmân Al Fârisi dan beliau memukul batu tersebut dengan sekali pukul. Maka, batu tersebut terbelah dan mengeluarkan cahaya yang menyinari kota Madinah, bagaikan sinar lampu di malam hari yang gelap gulita. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertakbir dan kaum Muslimin pun ikut bertakbîr. Kemudian dipukul lagi untuk yang kedua kali, maka batu tersebut terbelah dan mengeluarkan cahaya yang menyinari kota Madinah. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertakbir dan kaum Muslimin pun ikut bertakbîr. Maka Rasulullâh memukul lagi untuk yang ketiga kali, maka batu tersebut terbelah hancur dan mengeluarkan cahaya yang menyinari kota Madinah. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertakbir dan kaum Muslimin pun ikut bertakbîr[3].
Para sahabat tidak menganggap sakti batu itu, atau menjadikannya sebagai ajimat, penangkal dan sebagainya.
2. Kisah Batu Yang Memberi Salam Kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Semasa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih di Mekah sebelum diangkat menjadi nabi; ada batu yang memberi salam kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Beliau masih mengetahui batu tersebut, tetapi beliau maupun para sahabat tidak pernah memungutnya atau membawanya pulang untuk dijadikan penangkal atau alat terapi jika beliau sakit.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut:
عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنِّيْ َلأَعْرِفُ حَجَرًا بِمَكَّةَ كَانَ يُسَلِّمُ عَلَيَّ قَبْلَ أَنْ أُبْعَثَ إِنِّيْ َلأَعْرِفُهُ الآنَ". رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari sahabat Jabîr bin Samrah, ia berkata bahwa Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: "Sesungguhnya aku mengetahui sebuah batu di Mekah memberi salam kepadaku sebelum aku diangkat menjadi nabi. Sesungguhnya aku mengetahuinya sampai sekarang" [HR. Muslim]
3. Batu Hajar Aswad.
Seluruh umat Islam sepakat bahwa Hajar Aswad adalah batu yang paling mulia dari segala batu. Tapi tidak ada seorangpun dari para sahabat yang menganggap sakti, apalagi minta kesembuhan kepadanya. Oleh sebab itu Amirul Mukminin Umar bin Khatâb Radhiyallahu anhu saat menciumnya di hadapan para kaum Muslimin, beliau berkata:
"إِنِّيْ أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ لاَ تَضُرُّ وَلاَ تَنْفَعُ وَلَوْلاَ أَنِّيْ رَأَيْتُ النَّبِيْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يُقَبِّلُكِ مَا قَبَّلْتُكِ". رَوَاهُ الْبُخَارِيْ
"Sesungguhnya aku mengetahui bahwa engkau adalah batu yang tidak memiliki mudharat dan tidak pula memberikan manfaat. Jika seandainya aku tidak melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, tentu aku tidak akan menciummu"[HR Bukhari]
Hukum mencium Hajar Aswad hanya sekedar mengikuti sunnah Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana yang disebutkan oleh sahabat Umar Radhiyallahu anhu. Tidak sebagaimana yang diyakini oleh kebanyakan orang-orang yang berebutan untuk menciumnya, bahwa Hajar Aswad dapat menyembuhkan penyakit, memurahkan rezki, dan dugaan-dugaan khurafat lainnya.
4. Ka'bah Dan Maqâm Ibrâhîm.
Banyak anggapan dari sebagian orang-orang yang pergi haji dan umrah, bahwa Ka'bah dan Maqâm Ibrâhîm memililki berbagai kesaktian, sehingga mereka mengusab-usab bangunan Ka'bah dan Maqâm Ibrâhîm dengan tangan dan kain mereka. Padahal tidak ada anjuran dalam agama tentang perbuatan tersebut. Apalagi meyakini dapat memberikan berbagai keistimewaan kepada manusia.
Syaikh al-'Utsaimin rahimahullah berkata: "Amat disayangkan, sebagian orang menjadikan segala ibadahnya hanya untuk bertabarruk (mencari berkah) semata. Seperti apa yang terlihat bahwa sebagian manusia mengusap rukun (tiang) yamani lalu mengusapkan ke muka atau dada. Artinya mereka menjadikan mengusap rukun yamani sebagai tabarruk bukan untuk berta'abud (beribadah). Ini adalah sebuah kebodohan" [4]. Lalu beliau menukil ungkapan Amîrul Mukminîn Umar bin Khatab yang kita sebutkan di atas.
Tidak dipungkiri bahwa Ka'bah atau Masjidil haram memiliki berkah. Tetapi mengambil berkah bukan dengan mengusap-ngusap dinding masjid atau Ka'bah. Tetapi beribadah pada tempat tersebut sesuai dengan ketentuan agama, seperti shalat, i'tikaf, tawaf, atau berhaji dan umrah.
Demikian pula tentang kisah pohon kayu di masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau maupun para sahabat tidak menjadikannya sebagai tempat sakti yang dapat menyembuhkan penyakit, seperti kisah-kisah berikut ini:
1. Kisah pohon yang merunduk ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berhenti dalam perjalanan beliau ke Syam bersama paman beliau.
Para ulama sîrah (sejarah nabi) menyebutkan bahwa saat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam perjalanan ke negeri Syam bersama paman beliau Abi Thâlib, beliau selalu dinaungi awan. Ketika berhenti di sebuah tempat di negeri itu, di dekat rumah seorang Rahib (pendeta), beliau Shallallahu ’alaihi wa sallam disuruh paman beliau untuk menunggu barang dagangannya di pinggir jalan. Tiba-tiba Rahib itu melihat sebatang pohon merunduk ke arah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menaunginya dari panas terik matahari. Saat melihat hal tersebut, Rahib berkata dalam hatinya: ”Sesungguhnya ini tidaklah terjadi kecuali pada seorang Nabi.” Lalu Rahib itu mengajak mampir ke rumahnya, dan menyuruh Abu Thâlib membawa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam cepat-cepat pulang ke Mekah. Ia berkata: ”Anak ini akan memiliki kemulian, jika orang-orang Yahudi mengetahuinya maka mereka akan membunuhnya.” Rahib itu mengetahui hal itu dari kitab Taurât dan Injîl yang dimilikinya [5].
Demikian kisah tersebut. Namun, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat tidak menganggap pohon itu keramat atau sakti.
2. Pohon Hudaibiyah.
Allah Azza wa Jallaberfirman dalam al-Qur'an:
لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا
"Sesungguhnya Allah Azza wa Jallatelah ridha terhadap orang-orang Mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon. Maka Allah Azza wa Jallamengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya)".[al-Fath/48:18]
Tatkala Amîrul Mukminîn Umar bin Khatâb melihat sebagian orang mendatangi tempat tersebut dan shalat di situ, beliau menebang pohon tersebut untuk menentang perbuatan syirik[6].
3. Kisah Tangis Tiang Masjid Dari Batang Korma.
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَطَبَ يَسْتَنِدُ إِلَىْ جِذْعِ نَخْلَةٍ مِنَ سِوَارِي الْمَسْجِدِ فَلَمَّا صُنِعَ الْمِنْبَرُ وَاسْتَوَى عَلَيْهِ اضْطَرَّبَتْ تِلْكَ السَّارِيَةُ كَحَنِيْنِ النَّاقَةِ حَتَّى سَمِعَهَا أَهْلُ الْمَسْجِدِ حَتَّى نَزَلَ إِلَيْهَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاعْتَنَقَهَا فَسَكَتَتْ . رَوَاهُ النَّسَائِيْ وَصَحَّحَهُ الشَّيْخُ اْلأَلْبَانِيْ
"Dari Jâbir bin Abdillâh ia berkata: "Jika Rasulullâh berkhutbah beliau bersandar kepada batang kurma di salah satu tiang masjid. Tatkala mimbar telah dibuat dan beliau duduk di atasnya, tiang tersebut menangis bagaikan rintihan seekor onta, semua orang yang ada dalam masjid mendengarnya. Lalu Rasulullâh turun dan mengusapnya, barulah ia diam".
Dalam hadits ini disebutkan bahwa tiang tersebut sedih karena tidak lagi menjadi sandaran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Suara tersebut terdengar oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta para sahabat. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap tiang itu, agar berhenti dari kesedihannya; bukan karena untuk mencari berkah. Sebagaimana saat musim haji, betapa banyaknya orang yang mengusap-ngusap dan berebut untuk shalat dekat tiang tempat mu'adzin mengumadangkan azan di masjid Nabawi.
4. Kisah Pohon Yang Berjalan Kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadits berikut:
عَنْ يَعْلَى بْنِ مُرَّةَ الثَّقَفِيْ قَالَ: بَيْنَا نَحْنُ نَسِيْرُ مَعَهُ النَّبِيُ فَنَـزَلْنَا مَنْـِزلاً فَناَمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَاءَتْ شَجَرَةٌ تَشُقُّ اْلأَرْضَ حَتَّى غَشِيَتْهُ ثُمَّ رَجَعَتْ إِلَى مَكَانِهَا فَلَمَّا اسْتَيْقَظَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَرَتْ لَهُ فَقَالَ هِيَ شَجَرَةٌ اسْتَأْذَنَتْ رَبَّهَا عَزَّ وَجَلَّ أَنْ تُسَلِّمَ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَذِنَ لَهَا ...)). رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالْبَغَوِيْ فِيْ شَرْحِ السُّنَّةِ. وَقَالَ الشَّيْخُ اْلألْبَانِيْ: صَحِيْحٌ لِشَوَاهِدِهِ [7].
Dari Ya'la bin Murrah ats-Tsaqafy, ia berkata: “Ketika kami bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam suatu perjalanan, kami berhenti di suatu tempat, lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidur. Tiba-tiba datang sebatang pohon berjalan membelah bumi sampai menaungi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Kemudian ia kembali lagi ke tempatnya semula. Tatkala Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bangun, aku sebutkan hal tersebut kepada beliau. Beliau berkata:”Ia adalah pohon yang meminta izin pada tuhannya untuk memberi salam padaku, lalu Allah Azza wa Jalla mengizinkannya[8] ".
Nabi dan para shahabat tidak mengkeramatkan pohon tersebut sebagaimana kebiasaan orang-orang terhadap pohon-pohon yang biasa mereka anggap sakti, padahal pohon tersebut tidak memiliki keluarbiasaan. Hanya karena sudah berumur ratusan tahun, tidak tumbang ditiup kangin kencang, maka seolah-olah sering terdengar suara-suara ghaib di situ. Atau berbagai kepercayaan khurafat lainnya yang mereka buat-buat sendiri. Mereka tidak mengetahui bahwa suara ghaib itu bisa suara jin yang tinggal di atas pohon itu.
5. Kisah Onta Yang Berbicara Kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits berikut:
عَنْ يَعْلَى بْنِ مُرَّةَ الثَّقَفِيْ قَالَ بَيْناَ نَحْنُ نَسِيْرُ مَعَ النَّبِيْ إِذْ مَرَرْنَا بِبَعِيْرٍ يُسْنَى عَلَيْهِ فَلَمَّا رَآه ُالْبَعِيْرُ جَرْجَرَ فَوَضَعَ جِرَانَهَ فَوَقَفَ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَيْنَ صَاحِبُ هَذَا اْلبَعِيْرِ فَجاَءَهُ فَقَالَ بِعْنِيْهِ فَقَالَ بَلْ نَهِبُهُ لَكَ يَارَسُوْلَ اللهِ وَإِنَّهُ ِلأَهْلِ بَيْتٍ مَا لَهُمْ مَعِيْشَةٌ غَيْرَهُ قَالَ أَمَّا إِذَا ذُكِرَتْ هَذَا مِنْ أَمْرِهِ فَإِنَّهُ شَكَا كَثْرَةَ الْعَمَلِ وَقِلَّةَ الْعَلَفِ فَأَحْسِنُوْا ِإَليْهِ...)).
Dari Ya'la bin Murrah Ats Tsaqafy, ia berkata:”Ketika kami bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam suatu perjalanan. Kami melewati seekor onta yang sedang diberi minum. Tatkala onta tersebut melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ia mengeluh dan meletakkan lehernya. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri dekatnya dan bertanya:”Mana pemilik onta ini?” Lalu datanglah pemiliknya, dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:”Juallah ia padaku!” Lalu pemiliknya menjawab:”Kami hadiahkan padamu ya Rasulullâh. Ia adalah milik keluarga yang tidak memiliki mata pencaharian selain onta ini.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Sesungguhnya ia telah mengadukan tentang banyak bekerja dan kekurangan makanan, maka berbuat baiklah kamu kepadanya".
Onta tersebut tidak pernah disaktikan oleh pemiliknya, atau diambil kotorannya untuk penangkal atau pelaris dagangan, apalagi dianggap sebagai wali/syaikh.
Dengan memperhatikan contoh-contoh di atas, sangat nyata perbedaannya dengan sebagian manusia abad modern dewasa ini. Meskipun disebut manusia modern, namun mereka mengangap sakti berbagai macam barang seperti, keris, batu, pohon tua, kuburan, sungai atau laut. Termasuk perabot rumah tangga, peningalan kuno, binatang ternak, batu kali, kayu di hutan, bahkan kuburan sekalipun.
Demikian juga seandainya contoh-contoh di atas terjadi di zaman sekarang, tidak bisa dibayangkan akibatnya. Sebagian besar orang yang menyaksikan tentu akan mengkeramatkan batu, pohon atau binatang itu dan menjadikannya sebagai tempat berundi nasib, menyembuhkan penyakit, mencari jodoh, dan seterusnya.
Dan seandainya peristiwa-peristiwa itu terjadi di hadapan orang-orang yang mengidap penyakit “TBK” (tahyul, bid'ah dan khurafat), sangat mungkin mereka akan melakukan pemujaan atau penyembahan
Maka sungguh amat mengherankan dan menyedihkan kita, jika baru-baru ini, hanya sebuah batu kecil milik seorang bocah cilik dapat melindas tauhid sebagian umat ini.
Demikian bahasan kita kali ini semoga bermanfaat bagi penulis dan pembaca serta segenap kaum muslimin. Wallâhu A'lam.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ ِإلاَّ أَنْتَ وَأَسْتَغْفَرك وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XIII/Rabiul Tsani 1430/2011M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Tafsîr Ibnu Katsîr: 7/455.
[2]. Ibid.
[3]. Kisah ini diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad, Ibnu Jarîr, Ibnu Abi Hâtim, Al-Baihaqi dll. Lihat "Ad Dûrur Mantsûr"6/574.
[4]. Al-Qaulul Mufîd: 1/129.
[5]. Lihat "Târikhuth Thabary: 1/520 dan "Al-Bidâyah wan Nihâyah": 2/284.
[6]. Lihat "Al bida' Wannahyu 'anha" Ibnu Wadhah: 26.
[7]. "Misykâtul Mashâbîh": 3/287.
[8]. Lihat; Musnad imam Ahmad: 29/106, Syarhussunnah: 6/454, Misykâtul Mashâbîh: 3/287.