Sunday, 18 November 2012

Etika Bercakap-Cakap

Etika Bercakap-Cakap Islami
Pada dasarnya manusia tidak akan
pernah lepas dari yang namanya
komunikasi antara yang satu
dnegan yang lainnya. Terkadang
pula untuk suatu keperluan, atau
hanya sekedar berbasa-basi saja.
Kadang kala adab dalam
bercakap-cakap ini diabaikan saja,
sehingga tidak sedikit telah

membuat kesal dan tersinggung
lawan bicaranya.
Oleh karena itu, agama Islam
mengajarkan cara bercakap-
cakap yang baik.
Ada beberapa etika yang perlu
diperhatikan agar percakapan kita
menjadi berfaedah dan penuh
hikmah.
Etika Bercakap-cakap.
1. Berbicara dengan santun.
Tak jarang ada seorang yang
banyak berbicara mengenai segala
hal tanpa ada faedahnya sama
sekali, seolah hanya dialah yang
paling tahu dan ahli dalam segala
bidang.
Ia menganggap diamnya seseorang
yang ada di depannya menandakan
bahwa ia kagum dengan
pembicaraannya, sehingga ia pun
memperpanjangnya.
Dari Abu Tsa'labah al-Khusyani
bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Sesungguhnya orang yang paling
aku cintai dan paling dekat
denganku di kahirat adalah yang
terbaikakhlaknya di antara kalian,
dan yang paling jauh dariku di
akhirat adalah yang paling jelek
akhlaknya, yang banyak bicara,
yang sombong lagi suka mengejek
orang."
(HR. Ahmad).
Dengan kata lain, bila ingin dekat
dengan Rasulullah SAW di akhirat
kelak, maka baguskanlah akhlak,
jangan banyak bicara dan jangan
sombong apalagi suka mengejek
orang lain.
Sesungguhnya adab dan kesopanan
menurut kebiasaan orang adalah
dengan memberi kesempatan yang
lain berbicara, karena mereka
semua memiliki bagian untuk itu.
Kecuali bagi anak-anak kecil
dengan orang tua, hendaknya
mereka memlihara adab dengan
tidak banyak berbicara kecuali
sebagai petunjuk jawaban untuk
lainnya.
(Ar-Riyadhah).
2. Tidak Memuji Diri Sendiri atau
keluarga.
Islam melarang berbicara
mengangkat diri sendiri hanya
sekedar untuk suatu kebanggaan.
Termasuk dalam hal ini adalah
membicarakan kecerdasan
anaknya, kekayaan, atau tentang
kegesitan istrinya mengatur rumah
tangga.
Pada dasarnya memuji diri sendiri
adalah terlarang, sebagaimana
Firman Allah SWT dalam Surat An-
Najm ayat 32.
Allah SWT berfirman,
ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳَﺠْﺘَﻨِﺒُﻮﻥَ ﻛَﺒَﺎﺋِﺮَ ﺍﻹﺛْﻢِ
ﻭَﺍﻟْﻔَﻮَﺍﺣِﺶَ ﺇِﻻ ﺍﻟﻠَّﻤَﻢَ ﺇِﻥَّ ﺭَﺑَّﻚَ ﻭَﺍﺳِﻊُ
ﺍﻟْﻤَﻐْﻔِﺮَﺓِ ﻫُﻮَ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ﺑِﻜُﻢْ ﺇِﺫْ ﺃَﻧْﺸَﺄَﻛُﻢْ ﻣِﻦَ
ﺍﻷﺭْﺽِ ﻭَﺇِﺫْ ﺃَﻧْﺘُﻢْ ﺃَﺟِﻨَّﺔٌ ﻓِﻲ ﺑُﻄُﻮﻥِ
ﺃُﻣَّﻬَﺎﺗِﻜُﻢْ ﻓَﻼ ﺗُﺰَﻛُّﻮﺍ ﺃَﻧْﻔُﺴَﻜُﻢْ ﻫُﻮَ ﺃَﻋْﻠَﻢُ
ﺑِﻤَﻦِ ﺍﺗَّﻘَﻰ
Artinya:
"(yaitu)orang-orang yang menjauhi
dosa-dosa besar dan perbuatan
keji yang selain dari kesalahan-
kesalahan kecil. Sesungguhnya
Tuhanmu Maha Luas ampunanNya.
dan Dia lebih mengetahui (tentang
keadaan)mu ketika Dia menjadikan
kamu dari tanah dan ketika kamu
masih janin dalam perut ibumu; Maka
janganlah kamu mengatakan dirimu
suci. Dialah yang paling mengetahui
tentang orang yang bertakwa."
Memuji diri sendiri menurut An-
Nawawi dibagi menjadi 2 macam:
Yang Tercela, yaitu ia
menceritakannya untuk
kebanggaan, menampakkan
kelebihan dan tampil beda dengan
yang lain.
Yang Terpuji, jika hal itu
diceritakan untk suatu
kemaslahatan agama seperti amar
ma'ruf nahi munkar dan sebagainya.
3. Hati-hati ketika Bicara
Ketika berbicara berhati-hatilah
agar tidak menyinggung perasaan
orang yang diajak bicara.
Amr bin Al-Ash berkata,
"Ketergelinciran kaki adalah tulang
yang bisa diluruskan, sedangkan
ketergelinciran lisan tidak
meninggalkan (orang yang hidup
kecuali akan dibinasakan) dan
membiarkan (orang mati kecuali
pasti akan dihidupkan kembali).
(Bahjatul Majalis).
4. Tidak Terlalu Banyak Bertanya
yang tidak Perlu.
Terlalu banyak bertanya yang tak
perlu serta terlalucepat menjawab
suatu pertanyaan juga merupakan
hal yang harus direnungkan untuk
dilaksanakan dalam adab
bercakap-cakap.
Bukankah termasuk aib juga jika
seseorang terlalu cepat
menjawabsuatu pertanyaan
sebelum yang bertanya tadi
menyelesaikan peratanyaannya.
Umar bin Abdul Aziz berkata,
"ada dua perangai yang tidak akan
menjauhkanmu dari kebodohannya,
yaitu terlalu cepat berpaling dan
menjawab.
(Uyunul Akhbar).
5. Tidak Melayani Pe,bicara
Rendahan dan Pandir.
Dari Ibnu Abbas ra berkata,
"Janganlah engkau bertengkar
dengan orang penyantun dan orang
pandir, karena ornag penyantun
akan membencimu dan orang pandir
akan menyakitimu."
(Kitab Al-Uzlah).
ﺃَﻓَﺄَﻣِﻨُﻮﺍ ﻣَﻜْﺮَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻓَﻼ ﻳَﺄْﻣَﻦُ ﻣَﻜْﺮَ ﺍﻟﻠَّﻪِ
ﺇِﻻ ﺍﻟْﻘَﻮْﻡُ ﺍﻟْﺨَﺎﺳِﺮُﻭﻥَ
Artinya:
Maka Apakah mereka merasa aman
dari azab Allah (yang tidak
terduga-duga)? tiada yang merasa
aman dan azab Allah kecuali orang-
orang yang merugi.
(Al-A'raf: 99).
6. Bicara Sesuai dengan Situasi
dan Kondisi.
Tidaklah layak sama sekali jika
seseorang bergurau di kala tema
pembicaraan sangat serius atau
berusaha membuat orang tertawa.
(kitab Ar-Riyadha an Nadhirah).
7. Ketahui jika Lawan Bicara
Bosan.
Ibnu Mas'ud berkata,
"Ajaklah bicara orang selama ia
menghadapkan diri kepadamu
dengan pendengarannya dan
memperhatikanmu dengan
pandangannya. Jika engkau melihat
mereka bosan, maka berhentilah
bicara."
(ZahrulAdab).
8. Menghargai Pembicaraan
Seseorang sekalipun lebih tahu.
Mu'adz bin Sa'ad Al-A'war
berkata,
"Saya pernah duduk di samping
Atha bin Abi Rabah, lalu ada
seseorang yang yang
menyampaikan suatu hadits. Atha
pun marah dan berkata, Perangai
apa ini. Sungguh saya mendengar
hadits dari orang lain sedangkan
saya lebih mengetahui tentang
hadits tersebut, tetapi saya
perhatikan kepada orang itu
seolah-olah saya tidak tahu apa-
apa."
(Raudhatul Uqola).
9. Tidak meninggalkan Teman
duduknya hingga menyelesaikan
pembicaraan.
10. Janagn terlalu cepat Memvonis.
11. Berusaha bercakap-cakap
dengan anak-anak kecil.
Berguna untuk melatihnya
berbicara, menambah pengalaman
dan pengetahuan mereka,
meguatkan akal serta menambah
keberanian dan kepercayaan diri.
12. Tidak mengeraskan suara
ketika berada di Majelis.
13. Hindari Membicarakn wanita dan
makanan.
Dalam kitab Siyar A'lam an nubala
bahwa Ahnaf bin Qais berwasiat,
"Jauhkanlah majelis kita dari
membicarakan waita dan makanan.
Saya tidak suka orang yang gemar
menyifati kemaluan dan perutnya."

0 komentar:

Post a Comment

Terimakasih telah membaca Artikel saya. Alangkah indahnya jika anda meninggalkan sebuah komentar.